Bandar Lampung (Lampost.co) — Direktur Eksekutif Perkumpulan Pemilu untuk Demokrasi (
Perludem) Khoirunnisa Nur Agustyati turut memberikan komentar soal ramainya narasi pewajaran adanya praktik
politik dinasti. Apalagi karena Indonesia masih kental akan Asian values (nilai Asia) pada masyarakat.
.
Kemudian Khoirunnisa menyebut narasi itu tidak dapat terbenarkan. Ia berpendapat narasi itu sangat berbahaya dan dapat merusak demokrasi yang dulu pernah mati-matian terperjuangkan pada masa reformasi. Menurut Ninis, sapaan akrab Khoirunnisa, hal itu menunjukkan adanya kemunduran dari kesadaran masyarakat soal pentingnya penegakan demokrasi.
.
“Politik dinasti itu menjadi masalah karena membuat proses rekrutmen politik kita bermasalah. Karena dengan kita menormalisasi dinasti, kita mendorong yang demokratis dan terbuka jadi tidak berjalan,” kata Ninis kepada Media Indonesia, Jumat, 7 Juni 2024.
.
Selanjutnya Ninis mengingatkan apabila politik dinasti langgeng. Maka kader partai politik yang selama ini berproses mulai dari bawah. Selanjutnya mengikuti proses rekrutmen sesuai prosedur dan mekanisme yang jelas. Akan kalah dengan mereka yang memiliki hubungan kerabat atau keluarga.
.
Privilege atau kesempatan istimewa kader yang punya hubungan kerabat dengan elite tentu mematikan karier politik orang lain yang selama ini berproses dengan baik. “Situasi yang lain, parpol kita kan hari ini juga belum berjalan dengan baik. Proses rekrutmen tidak terbuka. Parpol itu kan situasinya ketika proses rekrutmen, mana yang punya modal banyak, yang punya kedekatan dengan elite, diutamakan,” ucap Ninis.
.
“Jadi tidak sehat. Tidak fair dengan kader yang sudah berpolitik dari bawah, membesarkan partai, bersaing dengan mereka yang punya privilege. Itu jadi susah. Itu bahayanya politik dinasti. Tapi herannya ini kok jadi sesuatu yang ternormalkan,” pungkasnya.