Bandar Lampung (Lampost.co) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung menjalin kerja sama dengan perusahaan Tiongkok, Starvision, untuk meluncurkan satelit. Satelit tersebut dirancang untuk mendukung pemetaan wilayah, termasuk sektor pertanian.
Namun, tantangan besar muncul dari kesiapan sumber daya manusia (SDM). Pengamat pertanian Teguh Endaryanto menilai, minimnya kemampuan SDM lokal dapat menghambat pemanfaatan teknologi satelit.
“Satelit ini memanfaatkan sistem seperti Geographic Information System (GIS). Pemerintah perlu menilai sejauh mana SDM kita, termasuk penyuluh pertanian, mampu mengoperasikan teknologi ini,” ujar Teguh, Senin, 2 Juni 2025.
Ia menambahkan, bila kerja sama ini tidak mencakup transfer kemampuan teknis dari pihak Tiongkok, maka pemerintah harus segera menyiapkan pelatihan SDM.
Menurutnya, kesenjangan pengetahuan petani menjadi hambatan nyata. Teknologi secanggih apa pun tidak akan berdampak langsung tanpa jembatan pemahaman. Untuk itu, data dari satelit perlu diolah dan disajikan oleh pemerintah dalam bentuk kebijakan yang mendukung para petani.
“Petani mungkin tidak bisa memakai teknologinya langsung, tapi hasil data bisa digunakan untuk merancang perencanaan wilayah, kesuburan tanah, hingga prediksi cuaca,” jelasnya.
Regenerasi Positif
Teguh juga menyoroti potensi positif bagi regenerasi petani. Keberadaan teknologi berbasis satelit dapat menarik minat generasi muda yang lekat dengan dunia digital.
Namun, ia mengingatkan risiko yang mengintai. Penggunaan teknologi asing berpotensi membuka celah kebocoran data strategis.
“Dengan satelit Tiongkok, seluruh peta wilayah dan potensi Lampung bisa diketahui pihak luar. Ini harus jadi perhatian serius agar tidak merugikan daerah,” tutupnya.