Bandar Lampung (Lampost.co) — Dunia teknologi kembali dihebohkan setelah Andrew Tulloch, salah satu otak di balik perkembangan kecerdasan buatan (AI) modern, resmi bergabung kembali dengan Meta. Kepindahan ini menandai babak baru. Ini dalam persaingan ketat perusahaan teknologi global merebut talenta AI terbaik.
Tulloch, yang sebelumnya mendirikan startup Thinking Machines Lab (TML) bersama Mira Murati, mengumumkan keputusannya pada 10 Oktober 2025 melalui pesan internal kepada karyawan TML. Langkah ini mengejutkan publik. Ini karena pada pertengahan tahun lalu, ia sempat menolak tawaran senilai USD1,5 miliar (sekitar Rp24,8 triliun) dari CEO Meta, Mark Zuckerberg.
Namun hanya beberapa bulan berselang, Tulloch akhirnya menerima pinangan tersebut — sebuah sinyal bahwa ambisi Meta di bidang AI semakin agresif.
Meta Gencar Gaet Talenta AI Kelas Dunia
Kepulangan Tulloch menambah panjang daftar ilmuwan AI yang direkrut Meta dari berbagai raksasa teknologi. Ini termasuk OpenAI, Google, dan Apple. Semua ini merupakan bagian dari proyek besar Superintelligence Lab, unit riset Meta yang berfokus pada pengembangan sistem AI tingkat lanjut.
Meta disebut berupaya memperkuat posisinya dalam perlombaan menciptakan AI generasi berikutnya. Teknologi ini tidak hanya mampu memproses informasi. Tetapi juga memahami konteks dan mengambil keputusan secara otonom.
Dengan reputasi dan pengalaman Tulloch, Zuckerberg diyakini ingin mempercepat langkah Meta menuju AI superinteligensi, sekaligus menandingi dominasi OpenAI dan Google DeepMind di sektor ini.
Perjalanan Karier Andrew Tulloch
Sebelum mendirikan TML pada awal 2025, Andrew Tulloch pernah bekerja selama 11 tahun di Facebook AI Research. Ia juga sempat bergabung dengan OpenAI pada 2023. Bersama Murati, mereka membangun TML hingga mengantongi pendanaan USD2 miliar. Selain itu, mereka meluncurkan produk perdana bernama Tinker, API yang dirancang untuk menyempurnakan model-model AI.
Kini, kembalinya Tulloch ke Meta mempertegas tren bahwa perang AI bukan lagi soal produk, tetapi soal siapa yang berhasil merekrut jenius di baliknya.
Langkah Strategis Meta di Tengah Persaingan AI
Belum ada konfirmasi resmi mengenai posisi Tulloch di Meta. Namun, sejumlah analis memperkirakan ia akan ditempatkan dalam proyek pengembangan AI tingkat lanjut yang menjadi fondasi visi jangka panjang perusahaan.
Langkah Meta ini menunjukkan bahwa persaingan teknologi global telah bergeser ke arena perebutan otak-otak brilian, bukan hanya pangsa pasar. Dengan talenta sekelas Tulloch kembali di kubu Meta, perusahaan diyakini akan semakin agresif dalam menguasai peta inovasi AI global.