Bandar Lampung (Lampost.co) — Kodak merupakan nama yang pernah mendominasi industri fotografi global harus mengalami kebangkrutan pada awal 2000-an.
Kejatuhan perusahaan yang secara mengejutkan itu bukan karena kekurangan inovasi, tetapi justru akibat mengabaikan potensi besar dari inovasi internal.
Kodak adalah perusahaan yang George Eastman dirikan pada 1888 menjadi pelopor dunia fotografi dengan memperkenalkan kamera portabel dan film gulung.
BACA JUGA: Daftar 10 BPR Bangkrut dalam 4 Bulan Pertama 2024
Produk-produk inovatif itu mengubah cara orang mengambil dan mengabadikan gambar sehingga lebih mudah masyarakat luas akses. Kodak pun menikmati posisi dominan di pasar dengan berbagai inovasi yang berkelanjutan selama beberapa dekade.
Kemudian, seorang insinyur Kodak, Steven Sasson, menciptakan kamera digital pertama di dunia pada 1975, meski masih jauh dari standar kamera digital saat ini.
Meski begitu, prototipe itu menjadi cikal bakal revolusi industri fotografi. Namun, pimpinan Kodak saat itu tidak melihat masa depan kamera digital akan berkembang seperti jaman sekarang.
Sehingga, justru memutuskan untuk tidak mengembangkan teknologi itu lebih lanjut. Sebab, para pimpinannya ternyata lebih khawatir terhadap kamera digital yang akan mengganggu bisnis film fotografi yang sangat menguntungkan.
Kodak Abaikan Kamera Digital
Keputusan untuk mengabaikan kamera digital merupakan kesalahan strategis terbesar Kodak. Manajemen terlalu fokus pada bisnis inti dan tidak menyadari teknologi digital sebagai masa depan fotografi.
Pimpinan Kodak meremehkan potensi inovasi dari karyawan sendiri, salah satunya insinyur Steven Sasson, yang melihat visi masa depan industri tersebut.
Sementara, pada 1980-an dan 1990-an, Kodak mendapatkan pesaing, seperti Sony dan Canon, yamg mengembangkan dan memasarkan kamera digital.
Sedangkan Kodak terbilang terlambat masuk ke dalam pasar kamera digital dan tidak mampu mengejar ketertinggalan dari kedua pesaingnya. Kodak masih terlalu bergantung pada penjualan film fotografi yang terus menurun seiring meningkatnya popularitas kamera digital.
Situasi itu mulai berdampak pada penjualan film fotografi sehingga menyebabkan masalah keuangan yang serius bagi Kodak. Pada awal 2000-an, perusahaan ini mengalami kerugian besar dan berjuang untuk beradaptasi dengan perubahan pasar.
Kodak yang mencoba berbagai strategi, termasuk beralih ke bisnis printer dan layanan digital ternyata tidak cukup untuk menyelamatkan perusahaan. Hasilnya, justru mengajukan kebangkrutan di bawah Bab 11 Perlindungan Kebangkrutan Amerika Serikat pada 2012.
Mereka harus menjual banyak aset berharga dan melakukan restrukturisasi besar-besaran. Kodak sempat berhasil keluar dari kebangkrutan pada 2013, tetapi tidak pernah kembali ke kejayaan sebelumnya.