Bandar Lampung (Lampost.co) — OnlyFans adalah platform konten berlangganan yang memungkinkan kreator membagikan konten eksklusif, termasuk konten dewasa. Dengan lebih dari 300 juta kunjungan bulanan dan mayoritas pengguna berasal dari Asia dan Amerika Serikat, OnlyFans menjadi fenomena digital baru yang kontroversial.
Di banyak negara, OnlyFans memicu perdebatan moral. Namun di China, pemerintah mengambil langkah tegas: memblokir platform ini secara total.
China Resmi Melarang OnlyFans pada Juli 2025
Pada 15 Juli 2025, China secara resmi memblokir akses ke OnlyFans. Pemblokiran dilakukan melalui:
-
Penyaringan DNS dan IP via Great Firewall.
-
Penutupan akses pembayaran dari dompet digital seperti Alipay dan WeChat Pay.
-
Penindakan VPN ilegal yang digunakan untuk mengakses situs tersebut.
Menurut laporan InsideTelecom, larangan ini menegaskan sikap pemerintah terhadap apa yang mereka sebut sebagai:
“Garbage of Western culture”
(“Sampah budaya Barat”)
Pemerintah menyatakan bahwa OnlyFans mengandung “konten pornografi yang bertentangan dengan nilai sosialisme Tiongkok”.
Alasan Utama China Ban OnlyFans
1. Melawan Pengaruh Budaya Barat
China menilai OnlyFans sebagai simbol dekadensi Barat. Situs ini dianggap menyebarkan nilai-nilai individualisme dan kebebasan seksual yang bertolak belakang dengan filosofi Konfusianisme dan sosialisme negara.
2. Kebijakan Anti Pornografi
China sejak lama melarang distribusi konten pornografi. Hukum internet mereka menyebutnya sebagai spiritual pollution (polusi spiritual). Pelanggaran bisa berujung penjara hingga 15 tahun.
3. Kontrol Ketat melalui Great Firewall
China memiliki sistem sensor internet paling ketat di dunia, dikenal sebagai Great Firewall. Situs seperti Google, Facebook, Twitter, hingga OnlyFans berada dalam daftar blokir permanen.
Dampak Larangan OnlyFans di China
1. Kreator Lokal Kehilangan Akses Monetisasi
Meski mayoritas kreator OnlyFans berada di luar negeri, kreator Tiongkok yang bergantung pada VPN kini kehilangan penghasilan. Sebagian dari mereka beralih ke platform lokal seperti Xigua Video, tapi tanpa fitur monetisasi bebas seperti OnlyFans.
2. Pengguna Kehilangan Akses Hiburan Alternatif
Banyak pengguna muda urban di Tiongkok menggunakan OnlyFans sebagai bentuk eksplorasi identitas seksual. Larangan ini menimbulkan frustasi digital dan mendorong migrasi ke platform dark web atau forum tersembunyi.
3. Peningkatan Pasar Gelap VPN
Larangan ini meningkatkan permintaan VPN ilegal. Harga langganan VPN premium melonjak 50–70% sejak pertengahan Juli 2025. Pemerintah menanggapi dengan memperketat penindakan terhadap penjual VPN.
Reaksi Publik terhadap Blokir OnlyFans
Di media sosial seperti Reddit dan Twitter (akses via VPN), muncul beragam komentar:
“Mereka menutup akses ke dunia, bukan hanya situs dewasa.”
— Netizen di r/ChinaPolitics
“Ini bukan soal moral, ini soal kontrol.”
— Aktivis kebebasan internet di Hong Kong
Namun di platform domestik seperti Weibo, komentar lebih condong mendukung langkah pemerintah, menyebutnya sebagai “pembersihan moral digital”.
Konteks Sensor Internet di China
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Great Firewall | Sistem sensor digital yang memblokir ribuan situs asing. |
UU Siber Nasional | Mengatur konten yang dianggap mengganggu ketertiban sosial. |
Blacklist konten | Porno, LGBT, kekerasan, hingga demokrasi liberal dilarang. |
Kontrol AI | Algoritma secara otomatis menyaring kata kunci dan gambar. |
Menurut Wikipedia, China memblokir lebih dari 8.000 situs termasuk media, jejaring sosial, dan platform kreator.
Analisis: Mengapa Dunia Perlu Waspada?
1. Preseden Internasional
Langkah China bisa menjadi preseden bagi negara lain yang mempertimbangkan pembatasan konten dewasa, seperti Rusia, UAE, atau Indonesia.
2. Risiko Isolasi Digital
Ketika platform global terus mengalami pemblokiran, warga China makin hidup dalam ekosistem internet terisolasi—tanpa akses ke layanan dunia seperti OnlyFans, YouTube, atau TikTok global.
3. Kreator akan Beralih ke Kripto & Web3
Beberapa kreator dewasa mulai beralih ke platform Web3 yang lebih tahan sensor. Kripto dan blockchain menjadi alternatif untuk monetisasi di luar sistem pemerintah.
Kesimpulan: China Ban OnlyFans, Antara Kontrol dan Budaya
Blokir OnlyFans oleh China bukan sekadar penutupan akses platform, tapi bagian dari strategi besar untuk menjaga hegemoni nilai moral dan sosial. Ini mencerminkan bagaimana China melihat kebebasan digital sebagai ancaman, bukan kemajuan.
Larangan ini juga memperjelas betapa kuatnya pengaruh Great Firewall dalam mengontrol budaya internet. Dunia harus mencermati dinamika ini, terutama negara-negara dengan tren konservatif yang terus berkembang.