Bandar Lampung (Lampost.co) — Tim Quantum AI Google kembali mencetak sejarah lewat peluncuran chipset kuantum terbaru bernama Willow.
Dengan kekuatan 105 qubit superkonduktor, prosesor canggih ini mampu menjalankan algoritma tertentu 13.000 kali lebih cepat dibandingkan superkomputer tercanggih yang ada saat ini.
Teknologi di Balik Chipset Willow
Menurut laporan Gizmochina, Willow memanfaatkan qubit — unit dasar dalam komputasi kuantum yang dapat berada di lebih dari satu keadaan secara bersamaan dan saling berhubungan melalui fenomena entanglement.
Tim riset Google mencatat, fidelitas gate tunggal pada Willow mencapai 99,97%, sementara operasi entangling berada di angka 99,88%. Tingkat akurasi setinggi ini sangat penting untuk menekan kesalahan saat sistem diperluas ke jumlah qubit yang lebih besar.
Berbeda dari eksperimen sebelumnya seperti chip Sycamore (2019), yang hanya menunjukkan keunggulan kuantum melalui tugas acak, Willow melangkah lebih jauh. Chip ini sukses menjalankan algoritma baru bernama Quantum Echoes, yang dirancang untuk mengukur kekacauan kuantum (quantum chaos) serta mensimulasikan perilaku molekul dan elektron dengan presisi yang belum pernah dicapai sebelumnya.
“Atom Buatan” dan Potensi Aplikasi
Fisikawan proyek, Michel Devoret, menjelaskan bahwa sirkuit listrik di Willow dapat berperilaku seperti atom buatan (artificial atoms). Pendekatan ini memungkinkan ilmuwan mempelajari interaksi atom secara langsung tanpa harus menggunakan metode fisika klasik yang kompleks.
Lebih dari sekadar demonstrasi teknis, Willow membuka jalan bagi aplikasi praktis komputasi kuantum.
Dengan kemampuan simulasi yang sangat cepat dan akurat, teknologi ini bisa mempercepat:
-
Penemuan obat baru melalui simulasi molekul,
-
Riset material mutakhir, termasuk baterai berdaya tinggi dan superkonduktor,
-
Optimasi kecerdasan buatan (AI) dengan konsumsi energi lebih rendah dibandingkan komputasi konvensional.
Tantangan dan Langkah Berikutnya
Meski pencapaiannya mengesankan, Willow masih jauh dari siap digunakan secara massal. Tantangan utama terletak pada meningkatkan jumlah qubit tanpa menurunkan fidelitas, serta mengatasi decoherence kuantum — kondisi di mana sifat kuantum hilang karena interaksi dengan lingkungan luar.
Google menyebut tahap riset berikutnya akan fokus pada pengembangan qubit logis yang tahan kesalahan (error-corrected logical qubits), agar sistem kuantum bisa lebih stabil dan efisien untuk jangka panjang.
Selain itu, masih dibutuhkan infrastruktur perangkat keras dan perangkat lunak yang mendukung pemanfaatan komputasi kuantum secara praktis dan ekonomis.
Dampak Global dan Peluang bagi Indonesia
Terobosan seperti Willow menandai dimulainya era baru mesin berbasis atom. Negara-negara yang mampu beradaptasi dengan teknologi ini berpotensi memimpin riset di masa depan.
Bagi Indonesia, kemajuan ini dapat menjadi peluang besar untuk memperkuat penelitian di bidang energi terbarukan, pengembangan obat tropis, serta superkonduktor untuk transportasi masa depan.
Walau penerapannya masih membutuhkan waktu, memahami tren kuantum sejak dini akan membantu masyarakat dan akademisi bersiap menghadapi revolusi ilmiah berikutnya.








