Bandar Lampung (Lampost.co) — Google DeepMind baru saja mengumumkan inovasi terbarunya dalam prediksi cuaca dengan meluncurkan model kecerdasan buatan bernama GraphCast. Teknologi ini diklaim mampu memberikan prediksi cuaca yang lebih cepat dan akurat dibandingkan metode tradisional berbasis superkomputer. GraphCast memanfaatkan jaringan saraf berbasis grafis untuk menganalisis data cuaca global secara mendetail dan memberikan ramalan hingga 10 hari ke depan hanya dalam hitungan menit.
Model ini melampaui standar prediksi cuaca global saat ini yang digunakan oleh European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF), baik dalam hal kecepatan maupun akurasi. Dalam pengujian, GraphCast mampu mengungguli metode prediksi HRES (High-Resolution Forecast) di lebih dari 99% variabel cuaca di 90% wilayah pengujian. Dengan daya komputasi lebih hemat, GraphCast dapat dioperasikan bahkan pada perangkat desktop, menjadikannya pilihan praktis dan efisien.
Selain memberikan prediksi umum, GraphCast dirancang untuk mendeteksi cuaca ekstrem, seperti badai tropis, gelombang panas, dan hujan deras. Model ini sebelumnya sukses memprediksi dengan akurasi tinggi jalur badai besar, seperti yang terlihat pada kasus Hurricane Lee di Nova Scotia, Kanada.
Baca juga: Prakiraan Cuaca Lampung 7 Desember 2024, Potensi Hujan Lebat di Beberapa Wilayah
Meski sangat menjanjikan, para peneliti mengingatkan bahwa teknologi ini sebaiknya digunakan sebagai pelengkap, bukan pengganti alat prediksi tradisional. Model AI seperti GraphCast bekerja dengan “kotak hitam,” artinya pola-pola yang dihasilkan tidak selalu dapat dijelaskan secara detail. Oleh karena itu, validasi dari sistem tradisional tetap diperlukan untuk menghindari potensi kesalahan.
Google DeepMind berharap model ini tidak hanya membantu dalam memprediksi cuaca harian, tetapi juga dalam memahami pola perubahan iklim jangka panjang. Inovasi ini diharapkan dapat mendukung upaya global dalam menghadapi tantangan lingkungan yang semakin kompleks.