Bandar Lampung (Lampost.co) — Musim penghujan yang melanda wilayah Bandar Lampung dalam beberapa hari terakhir memberikan dampak signifikan terhadap produksi ikan asin di Pulau Pasaran, Telukbetung Timur. Para pengolah ikan asin mengeluhkan turunnya kualitas hasil produksi. Ini terjadi akibat proses pengeringan yang tidak maksimal, yang juga memengaruhi harga ikan asin di Pulau Pasaran.
Salah seorang pengelola ikan asin, Otong Sahrudin, menjelaskan bahwa harga jual ikan asin menurun cukup drastis sejak cuaca mulai mendung dan sinar matahari jarang muncul.
“Kalau cuaca cerah, ikan bisa kering dalam sehari, warnanya lebih bagus, jadi tidak heran harga ikan asin di Pulau Pasaran lebih tinggi. Tapi kalau pengeringannya terhambat, warnanya berubah kemerahan. Akibatnya, harganya turun Rp10 ribu sampai Rp15 ribu per kilogram,” ujarnya, Minggu 21 September 2025.
Otong menambahkan, turunnya harga ini sudah terasa sejak Jumat lalu ketika hujan mulai mengguyur. Kualitas ikan asin menurun karena proses pengeringan alami tidak berjalan sempurna.
“Kalau kualitas turun, otomatis harga ikut jatuh. Sebenarnya ada alat pengering, tapi kapasitasnya kecil. Kastorit juga kurang efektif karena butuh waktu lama,” jelasnya.
Menurutnya, meski sudah mencoba menggunakan alat pengering buatan, hasilnya tetap tidak sebaik pengeringan alami dengan sinar matahari. Sebab itulah harga ikan asin Pulau Pasaran kerap terpengaruh cuaca. Untuk sementara, ikan yang tidak kering sempurna hanya bisa disortir agar masih layak dijual.
“Alat pengering memang dirancang untuk solusi saat hujan. Tapi hasilnya tidak maksimal. Jadi sekarang kami hanya bisa memisahkan mana yang masih bisa dijual dan mana yang tidak,” tutupnya.
Fenomena ini menunjukkan bahwa musim penghujan masih menjadi tantangan utama bagi pelaku usaha ikan asin di Pulau Pasaran, terutama karena keterbatasan teknologi pengeringan skala besar.