Bandar Lampung (Lampost.co) — Roblox resmi mengumumkan aturan baru yang mengharuskan semua game memiliki rating usia. Mulai 30 September 2025, game yang belum diberi rating (unrated) tidak lagi bisa diakses publik. Hanya pengembang atau kolaborator yang masih aktif dapat melihat dan menguji game tersebut.
Alasan di Balik Kebijakan Baru
Kebijakan ini muncul setelah Roblox mendapat tekanan hukum dan kritik soal keamanan anak di platformnya. Selama ini, game unrated bisa akses bebas, termasuk oleh anak-anak, tanpa kejelasan apakah konten tersebut sesuai umur. Dengan aturan baru ini, Roblox berharap dapat meningkatkan keamanan pengguna muda dan memperbaiki sistem moderasi konten.
Apa yang Harus Developer Lakukan?
Setiap kreator wajib mengisi Maturity & Compliance Questionnaire untuk menentukan rating usia game mereka. Jika tidak, game akan otomatis terkunci dari publik setelah batas waktu berakhir.
Roblox juga menyiapkan langkah khusus bagi game lama. Jika sebuah game sudah jarang terurus oleh kreatornya, sistem akan meninjau jumlah kunjungan dan favorit untuk menentukan apakah layak mempertahankan game tersebut sebagai classic.
Dampak ke Komunitas
Perubahan ini memicu reaksi beragam dari komunitas. Sebagian pemain mendukung langkah Roblox sebagai upaya melindungi anak-anak. Namun, ada juga yang khawatir banyak game lama dan ikonik akan hilang karena kreatornya sudah tidak aktif.
Beberapa pemain menyarankan agar Roblox memberi rating default, misalnya “17+”, ketimbang langsung menutup akses ke game unrated. Kritik ini mencerminkan keresahan bahwa warisan kreatif komunitas bisa lenyap begitu saja.
Ringkasan Kebijakan
Aspek | Penjelasan |
---|---|
Batas Waktu | 30 September 2025 |
Game Unrated | Tidak bisa dimainkan publik, hanya untuk pengembang/kolaborator |
Tugas Developer | Wajib isi Maturity & Compliance Questionnaire |
Game Lama | Bisa diselamatkan jika punya cukup kunjungan/favorit, masuk kategori klasik |
Tujuan Utama | Lindungi anak, beri transparansi konten, perkuat moderasi |
Dengan aturan ini, Roblox berusaha menyeimbangkan keamanan anak dengan keberlangsungan karya kreator. Pertanyaannya, apakah kebijakan ini akan melindungi tanpa mengorbankan budaya komunitas, atau justru memicu hilangnya banyak game lama?