Bandar Lampung (Lampost.co)– Tumbung Manuk merupakan salah satu wastra khas Lampung yang kini popularitasnya kian meredup.
Hal ini memantik semangat Anggraini, founder brand fesyen lokal ‘Kahut Sigerbori’ untuk kembali menghidupkan pesona wastra tersebut di dunia fesyen dengan sentuhan gaya modern.
Anggra, sapaan akrabnya, menilai pengaplikasian tumbung manuk selama ini masih sangat terbatas, yakni dominan hanya dijadikan sebagai ornamen home decor.
Padahal, kerajinan ini memiliki potensi besar bila para pihak mengeksplorasi dan mengaplikasikan ke berbagai fesyen.
“Saya merasa tumbung manuk ini dari zaman ke zaman hanya sebagai taplak meja, sarung bantal, dan home decor lainnya,” tuturnya, Minggu, 14 Juli 2024.
Terlebih, tumbung manuk sangat potensial untuk menjadi komoditas fesyen ramah lingkungan atau sustainability.
Pasalnya bahan baku wastra khas Lampung ini bisa memanfaatkan kain perca. Selain itu, proses pembuatannya secara manual atau hand made.
“Ini adalah sebuah produk yang ada kaitannya dengan fesyen ramah lingkungan. Bahannya dari perca, hand made,” kata dia.
Beberapa produk fesyen yang dapat berpadu dengan ornamen tumbung manuk antara lain, vest atau rompi, baju, dompet, dan tas.
Namun, upaya untuk memperkenalkan tumbung manuk sebagai bagian dari fesyen kepada masyarakat luas saat ini sangat penuh tantangan.
Butuh ide kreatif yang orisinil untuk memadu-madankan tumbung manuk, baik dari segi desain maupun warna.
“Saya kembangkan tumbung manuk untuk ke baju-baju dan lainnya. Tentunya dengan look yang lebih modern bisa diterima, dengan warna-warna sesuai zaman,” ujarnya.
Anggra komit memperkenalkan pesona tumbung manuk kepada masyarakat luas.
Terlebih, wastra ini memiliki potensi sebagai komoditas fesyen ramah lingkungan yang merupakan bagian dari visi-misi Kahut Sigerbori.
“Visi misi kami adalah fesyen ramah lingkungan. Ecoprint sudah kami kembangkan dan sudah diterima masyarakat. Saat ini kami akan coba melakukan re-update terhadap tumbung manuk,” tuturnya.