Bandar Lampung (Lampost.co) – Satu tulisan menarik dimuat dalam kolom Surat Kabar, Pemandangan, yang terbit pada Rabu 20 April 1938, berjudul “Perdjalanan Ki dan Nj. H. D. di daerah Lampoeng “.
Pada tanggal 8 hingga 9 April 1938, di Teluk Betoeng, sebuah acara besar diselenggarakan. Besarnya acara tersebut terbukti dengan banyaknya orang yang hadir dan memenuhi tempat di Gedong “Centrum-Theater” bahkan tidak kurang 100 kursi tambahan disediakan.
Untuk mengakomodir para tamu undangan, kelas loge (tempat duduk eksklusif atau premium untuk tamu-tamu kehormatan atau orang-orang yang memiliki status sosial tinggi) dan kelas intelektual (kelompok orang yang dihormati karena pengetahuan dan pendidikan, yaitu para cendekiawan, pemikir, atau orang-orang terpelajar) yang diundang untuk hadir dalam acara itu, yang juga banyak mengundang perhatian.
Ki Hadjar Dewantara bersama Nyai Hadjar Dewantara melakukan perjalanan penting dan datang ke Lampung. Kedatangannya ke Teluk Betoeng, berhasil menarik perhatian masyarakat dari berbagai penjuru daerah, seperti Kota Boemi, Sukadana, dan Gedong Tataan. Masyarakat hadir dengan sangat antusias. Acara ini merupakan ajang silaturahmi dan merupakan sebuah momen penting dalam rangka memperingati lima tahun berdirinya Taman Siswa di Teluk Betoeng.
Taman Siswa, sebuah organisasi pendidikan yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara. Organisasi ini merupakan lembaga pendidikan yang berfokus pada pengajaran dan pembudayaan bagi rakyat pribumi, Indonesia. Dengan pendekatan yang mengedepankan kebebasan dalam belajar serta menumbuhkan semangat nasionalisme. Bahwa pada masa itu telah berdiri sekolah-sekolah atau cabang-cabang Taman Siswa yang ada di Daerah Lampung.
Sambutan Hangat dari Masyarakat
Perayaan tersebut dibuka oleh Tuan Ki Ismail, Ketua Majelis Daerah Lampung, merupakan tokoh penting dalam sejarah perjuangan pendidikan di Lampung. Memiliki peran besar dalam organisasi pendidikan dan kemasyarakatan di Lampung. Terutama dalam mendukung perkembangan Taman Siswa dan pergerakan pendidikan yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara.
Ketika itu beliau datang untuk memberikan sambutan hangat dan menyambut kedatangan Ki Hadjar Dewantara dan Nyai Hadjar Dewantara. Pada acara ini sekaligus dimaksudkan untuk memperkenalkan lebih dalam tentang Taman Siswa (T.S.). Sebagai lembaga yang menyelenggarakan aktivitas pendidikan dan pengajaran, salah satunya di daerah Lampung.
Berbagai kegiatan seni dan budaya turut memeriahkan acara penyambutan tersebut, yang ditampilkan oleh murid-murid dari cabang-cabang Taman Siswa dari seluruh daerah Lampung. Setiap kelompok murid menampilkan pertunjukan mereka secara terjadwal, dengan hasil yang boleh dikatakan sungguh sangat memuaskan.
Salah satu penampilan yang menarik perhatian public adalah tarian serimpi yang dibawakan oleh lima gadis Jawa asal Gedong Tataan. Meskipun ada beberapa kendala dalam pelaksanaannya, tarian ini tetap menjadi primadona, salah satu yang paling mengesankan. Penampilan lainnya yang tidak kalah menarik adalah tari piring yang diiringi dengan musik dari “Jong Java Music Club,” yang membangkitkan semangat dan kegembiraan di antara penonton.
Lanjutan Perjalanan ke Talang Padang
Setelah acara di Teluk Betoeng, pada tanggal 11 April 1938 Ki Hadjar Dewantara dan Nyai Hadjar Dewantara melanjutkan perjalanan ke Talang Padang yang terletak sekitar 85 km dari Teluk Betoeng, wilayah ini menjadi lokasi berikutnya yang mereka kunjungi. Mereka bertemu dengan banyak orang yang datang untuk belajar dan mendalami lebih lanjut tentang Taman Siswa.
Kemudian alasan lainnya tak lain adalah ingin bertatap muka langsung dengan pemimpin pendidikan Taman Siswa tersebut. Menariknya, meskipun Taman Siswa di Talang Padang sebelumnya mengalami beberapa hambatan dalam pendirian dan penyelenggaraan dari pihak aparat pemerintah setempat. Acara tetap berlangsung lancar dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Kondisi ini menunjukkan betapa besar pengaruh Taman Siswa di kalangan masyarakat daerah Ketika itu. Meskipun hadir bersamaan ragam tantangan politik yang menyertainya.
Pada malam hari, sebuah rapat umum digelar, di mana Ki Hadjar Dewantara menyampaikan pidato yang sangat menginspirasi. Acara di Talang Padang ini juga menjadi sangat meriah dengan penampilan anak-anak yang mempertunjukan teater, seni, dan olahraga.
Kegiatan tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat setempat, yang tidak hanya datang untuk mendengarkan pidato, tetapi juga untuk menikmati berbagai bentuk pertunjukan seni yang dipersembahkan oleh anak-anak, peserta didik di Taman Siswa. Keberhasilan acara ini menambah kepercayaan dan keyakinan masyarakat tentang pentingnya pendidikan yang lebih baik dan merata.
Kunjungan ke Gedong Tataan
Pada tanggal 12 April, perjalanan Ki Hadjar Dewantara dan Nyai Hadjar Dewantara dilanjutkan ke Gedong Tataan, sebuah lokasi di mana Taman Siswa mendirikan sekolah baru yang diberi nama “Jiwo Tengah.” Gedong Tataan ini sebenarnya merupakan titik pertemuan yang sangat penting, karena ribuan orang dari berbagai koloni dan kampung sekitar turut hadir untuk menyambut kedatangan pasangan tokoh pendidikan ini. Kehadiran mereka menjadi simbol penting bagi gerakan pendidikan yang tengah berkembang di Indonesia pada masa itu.
Itulah rangkaian sekelumit perjalanan Ki Hadjar Dewantara dan Nyai Hadjar Dewantara di Lampung dalam rangka inisiasi dan pengembangan pendidikan, khususnya Taman Siswa di Lampung pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda. Keberhasilan Taman Siswa dalam menyebarkan semangat pendidikan di daerah ini menunjukkan betapa besar perhatian masyarakat terhadap visi dan misi Ki Hadjar Dewantara.
Kegiatan ini bukan hanya tentang memperkenalkan konsep pendidikan yang lebih baik, tetapi juga memperkenalkan nilai-nilai budaya dan semangat kebangsaan yang mendalam. Sambutan yang luar biasa dari masyarakat semakin menegaskan bahwa Taman Siswa telah memperoleh tempat yang istimewa dalam hati rakyat Lampung. Ini juga menjadi bukti bahwa pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil, mendapat perhatian yang besar dari pemimpin-pemimpin pendidikan seperti Ki Hadjar Dewantara dan Nyai Hadjar Dewantara.
Kunjungan ke daerah Lampung ini sekaligus menjadi momentum penting sebagai bagian dalam sejarah perjuangan pendidikan di Indonesia. Kehadiran dua tokoh Pendidikan besar tersebut kedepannya tidak hanya membawa perubahan dalam dunia pendidikan. Tetapi juga memperkuat semangat nasionalisme dan kebangkitan budaya lokal.
Kemudian dengan mengedepankan pendidikan yang merdeka dan berakar pada nilai-nilai budaya Indonesia, Taman Siswa mampu memberikan kontribusi besar dalam membentuk karakter bangsa. Melalui semangat yang ditanamkan oleh Ki Hadjar Dewantara, pendidikan bukan lagi hanya untuk kalangan elit, tetapi menjadi hak setiap rakyat, tanpa terkecuali.
Napak tilas perjalanan mereka di Lampung menunjukkan bahwa melalui pendidikan yang inklusif dan berbasis budaya, kita dapat membangun masyarakat yang lebih maju dan berdaya saing di kancah global. Momentum perjalanan di Lampung pada tahun 1938 bisa menjadi salah satu tonggak dalam perjalanan panjang peningkatan pendidikan di daerah Lampung.
Semangat yang mereka bawa, sejalan dengan konsep dan praktik Pendidikan sekarang ini, yaitu merdeka, inklusif, dan tetap berlandaskan pada nilai-nilai kebudayaan lokal, masih sangat relevan hingga saat ini. Harapannya ke depan, pendidikan di Lampung dapat terus berkembang dengan mengedepankan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Taman Siswa, yakni memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh lapisan masyarakat untuk memperoleh pendidikan berkualitas, tanpa terkecuali.
Dengan mengintegrasikan teknologi dan metode pendidikan yang inovatif, serta tetap melestarikan kearifan local. Dengan semangat dan filosofi tersebut kita yakin Provinsi Lampung memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu pusat pendidikan yang dapat bersaing di tingkat nasional dan global. Semangat kebangsaan dan kebersamaan yang ditanamkan oleh Ki Hadjar Dewantara harus terus diwariskan sebagai landasan bagi pembangunan pendidikan yang lebih baik di masa depan.
Penulis:
Dr. Purwanto Putra, S. Hum., M. Hum.
Program Studi D3 Perpustakaan Fisip Universitas Lampung