Wandi Barboy
Wartawan Lampung Post
PELBAGAI karya yang menyebar ke penjuru dunia menjadi warisan Pramoedya Ananta Toer (PAT) yang mencerahkan bagi kita, secara khusus generasi muda. Sisi humanis seorang Pramoedya dan warisan berupa karya-karyanya yang telah mewarnai jagat kesusastraan itu bagai dua sisi mata uang logam.
Tidak ada gading yang tak retak. Sebagai manusia, PAT tidak sempurna. Ia tidak terlepas dari paradoks. Penulis sekaligus peneliti Hairus Salim membuat status di linimasa X tentang Pramoedya. Begini statusnya: 100 tahun Pram sangat bagus, tapi perlu ada perbincangan kritik, biar tidak jadi pemujaan.
Saat menjadi narasumber di youtube mojokdotco, Hairus menyatakan tidak semua karya Pramoedya itu baik secara literer. Hairus Salim menyebut sejumlah karya seperti Sekali Peristiwa di Banten Selatan, Larasati yang membacanya begitu pelik, dan Korupsi yang pada bagian akhirnya kurang baik. Pada aspek lain, Hairus juga menyebut Pramoedya memiliki peluang untuk menjadi juru bicara rekonsiliasi tapi Pramoedya tidak memanfaatkan kesempatan tersebut.
Sedangkan Pengamat politik Eep Saefullah Fatah dalam akun youtube Keep Talking juga menyoroti tentang warisan Pramoedya. Sejarah dibentuk secara kolosal oleh banyak orang yang tidak memiliki nama besar. Nama-nama yang tidak tercatat dalam sejarah. Pramoedya lewat karya tetralogi Pulau Buru mengajarkan itu. Maka, sejarah bisa juga dibentuk oleh orang-orang biasa, orang kecil, yang hampir tidak dikenal dalam buku-buku sejarah resmi.
Saya bertanya kepada chatgpt ihwal apa makna terpenting dari peringatan seabad Pramoedya Ananta Toer bagi generasi muda saat ini. Ia memberikan jawaban, Peringatan 100 tahun kelahiran Pramoedya Ananta Toer pada 6 Februari 2025 memiliki makna penting bagi generasi muda saat ini. Pramoedya, yang akrab dengan sapaan Pram, adalah sastrawan besar Indonesia yang karya-karyanya tidak hanya mencerminkan realitas sosial dan sejarah bangsa, tetapi juga menginspirasi keberanian dalam berpikir kritis dan berkarya.
Adapun makna Peringatan Seabad Pramoedya Ananta Toer bagi Generasi Muda yakni Menghargai dan Mempelajari Karya Sastra Indonesia. Peringatan ini mendorong generasi muda untuk lebih mengenal dan menghargai karya sastra Indonesia. Melalui karya-karya Pram, seperti “Bumi Manusia”, pemuda dapat memahami sejarah dan perjuangan bangsa, serta nilai-nilai kemanusiaan yang universal.
Teladan
Kemudian, Meneladani Keberanian dalam Menyuarakan Kebenaran. Pramoedya terkenal sebagai penulis yang berani menyuarakan kritik terhadap ketidakadilan dan penindasan. Keberaniannya dalam menyampaikan kebenaran melalui tulisan menjadi teladan bagi generasi muda untuk tidak takut dalam mengungkapkan pendapat dan berjuang demi keadilan.
Selanjutnya, Mendorong Kreativitas dan Inovasi dalam Berkarya. Warisan Pram menginspirasi generasi muda untuk terus berkarya dengan kreatif dan inovatif. Peringatan seabad ini menjadi momentum untuk melahirkan sastrawan-sastrawan baru yang mampu menciptakan karya-karya berkualitas dan berpengaruh.
Lalu, Menguatkan Identitas dan Kebanggaan Nasional: Melalui karya-karyanya, Pramoedya berhasil mengangkat identitas dan budaya Indonesia ke kancah internasional. Generasi muda dapat belajar untuk lebih mencintai dan bangga terhadap budaya serta identitas nasional melalui pembelajaran karya-karyanya. Terakhir, Meningkatkan Kesadaran akan Pentingnya Kebebasan Berekspresi. Kisah hidup Pramoedya yang pernah mengalami penindasan mengajarkan pentingnya kebebasan berekspresi. Generasi muda diingatkan untuk menghargai dan memperjuangkan hak-hak tersebut dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan memahami dan mengapresiasi warisan Pramoedya Ananta Toer, generasi muda harapannya dapat mengambil inspirasi untuk terus berkarya, berpikir kritis, dan berperan aktif dalam membangun bangsa yang lebih baik.