Jakarta (Lampost.co) – Sutradara Joko Anwar kembali mencuri perhatian lewat film terbaru bertajuk Pengepungan di Bukit Duri.
Film ke-11 Joko Anwar itu menjadi penanda 20 tahun kariernya dan hadir bukan sebagai horor, tetapi thriller-action mencekam.
Sementara itu, berikut ini terdapat sederet fakta terkait film Pengepungan di Bukit Duri.
-
Bukan Horor, Tapi Lebih Mengerikan dari Film Hantu
Film Pengepungan di Bukit Duri bergenre thriller-action, tetapi justru terasa lebih mencekam daripada film horor. Joko Anwar menampilkan kekejaman manusia yang begitu nyata, tanpa perlu hantu untuk membuat bulu kuduk merinding.
-
Terinspirasi Tragedi 1998
Kerusuhan, kekerasan, dan diskriminasi etnis dalam film itu mengingatkan pada tragedi Mei 1998. Tanpa perlu narasi eksplisit, visual seperti grafiti dan suasana sekolah menyampaikan luka sejarah tersebut secara menyayat.
-
Akting Omara dan Morgan Bikin Merinding
Omara Esteghlal tampil memukau sebagai Jefri, murid bengis yang memimpin geng sadis. Sorot matanya bicara lebih keras dari kata-kata. Morgan Oey juga tampil luar biasa sebagai Edwin, guru penuh empati.
-
Pesan Kemanusiaan yang Menampar
Film itu tak hanya soal kekerasan. Penonton bakal merenung soal pentingnya pendidikan dan keadilan sosial. Bagaimana kekerasan bisa menjadi siklus? Apakah kita cukup peduli pada korban yang terpinggirkan?
-
Komedi Tipis di Tengah Teror
Meski penuh ketegangan, Joko Anwar menyisipkan beberapa adegan komedi cerdas dalam film Pengepungan di Bukit Duri. Tujuannya bukan untuk lucu semata, tapi memberi ruang emosional bagi penonton untuk bernapas di tengah tekanan.
-
Trigger Warning, Bisa Picu Trauma Emosional
Joko Anwar memberi peringatan konten sejak awal. Film Pengepungan di Bukit Duri penuh kekerasan, tekanan psikologis, dan isu rasial yang bisa memicu emosi penonton secara mendalam.