Cianjur (Lampost.co)– Kasus dugaan keracunan massal yang menimpa puluhan siswa SMP PGRI dan MAN 1 Cianjur, Jawa Barat, memicu perhatian serius dari pemerintah pusat.
Poin Penting:
- Puluhan siswa SMP dan MAN keracunan masal seusai makan dari program makan bergizi gratis (MBG).
- Sampel makanan dari satu dapur itu sudah dikirim ke laboratorium unutuk pemeriksaan lanjut.
- Produksi makanan MBG dari dapur Limbangansari tersebut untuk sementara terhentii dulu.
Keracunan massal terjadi 21 April 2025, usai mengonsumsi makanan dari peogram Makain Bergizi Gratis (MBG). Total terdapat 79 orang siswa yang mengalami keracunan massal.
Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar, mendesak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk segera menginvestigasi penyebab insiden tersebut. Dugaaannya berasal dari program Makan Bergizi Gratis.
“Sumber utama keracunan harus segera cek. Saya minta Kemenkes turun langsung menyelidiki apakah berasal dari dapur, proses distribusi, atau faktor lainnya,” ujar Muhaimin di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu, 23 April 2025.
Baca Juga:
Sebanyak 52 siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Cianjur mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi makanan dari program MBG. Tak berselang lama, belasan siswa dari SMP PGRI Cianjur juga mengalami hal serupa dan sempat dirawat di RSUD Sayang Cianjur.
Investigasi Masih Berlangsung
Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menyampaikan bahwa pihaknya belum dapat memastikan keterkaitan langsung antara menu MBG dengan insiden keracunan. Sampel makanan telah kirim ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Jawa Barat dan hasilnya perkiraan keluar dalam waktu sepuluh hari.
“Saat ini kami masih menunggu hasil laboratorium. Kami akan memberikan informasi terbaru begitu hasilnya tersedia,” kata Dadan dalam keterangan tertulis.
Dadan menambahkan, makanan yang Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Limbangansari sediakan sudah memenuhi standar pengolahan yang berlaku. Namun, sebagai langkah antisipatif, produksi makanan MBG dari dapur tersebut untuk sementara terhentii dulu.
Distribusi MBG Disetop Sementara
Ridwan Abdullah, perwakilan dari Yayasan Khasanah Ibu Bahagia selaku pengelola SPPG Limbangansari, mengonfirmasi bahwa pasokan makanan MBG ke MAN 1 dan SMP PGRI Cianjur berasal dari dapur yang sama. “Produksi makanan untuk sekolah-sekolah kami hentikan sementara sampai hasil uji laboratorium keluar,” ujarnya.
Sementar itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur melalui Kabisd Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Frida Laila Yahya, mencatat sebagian besar siswa yang terdampak telah boleh pulang. Di RSUD Sayang, 35 siswa sudah pulih dan tidak ada yang menjalani observasi. Sementara itu, di RS Bhayangkara, 6 siswa masih dirawat, 1 dalam pengawasan, dan 9 lainnya sudah boleh pulang.
“Seluruh pasien tersebut merupakan siswa MAN 1 Cianjur. Kami masih menunggu laporan lengkap dari pihak SMP PGRI,” jelas Frida.
Muhaimin menekankan pentingnya respon cepat dari Dinas Kesehatan Daerah dan Labkesda dalam menangani kasus ini. “Langkah cepat sangat butuh agar masyarakat tidak panik dan siswa bisa kembali bersekolah dengan aman,” tutupnya.
Anda juga bisa mengikuti berita kesehatan dari Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) dengan mengklik di website pafikepkarimun.org