Jakarta (lampost.co)–Media sosial ramai membahas penggunaan parasetamol untuk membuat daging cepat empuk. Tapi, apakah benar aman memakai obat ini dalam proses memasak?
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Mayapada Hospital, dr. Ray Rattu, SpPD, menjelaskan bahwa parasetamol sejatinya adalah obat untuk meredakan nyeri dan menurunkan demam, bukan bahan tambahan makanan.
Ia mengungkapkan, di sejumlah negara berkembang, penggunaan parasetamol untuk melunakkan daging kerap dilakukan, bahkan hingga di restoran. Tujuannya tentu untuk menghemat waktu dan biaya dalam memasak daging.
Namun, praktik ini sangat tidak tepat. Parasetamol bukanlah bahan yang layak untuk masakan. Risiko kesehatannya tidak main-main.
Bahkan, Badan Pengawas Obat dan Makanan Nigeria (NAFDAC) telah secara resmi mengeluarkan peringatan tentang bahaya penggunaan parasetamol dalam makanan. Peringatan ini muncul karena memansakan parasetamol saat memasak akan mengubah struktur kimianya. Dan menghasilkan senyawa beracun.
“Di beberapa negara Afrika, penggunaan parasetamol untuk memasak memang sempat marak. Tapi akhirnya keluar aturan yang melarang karena efeknya bisa sangat berbahaya. Saat masuk dalam masakan, parasetamol akan berubah menjadi zat yang bersifat toksik bagi tubuh,” terang dr. Ray, baru-baru ini.
Reaksi Hidrolisis
Secara medis, parasetamol memang bermanfaat bila digunakan sesuai aturan. Namun, memanaskan paracetamol dalam suhu tinggi, obat ini akan mengalami reaksi hidrolisis.
Kemudian, menghasilkan senyawa bernama 4-aminofenol, yang bersifat racun bagi tubuh manusia. Zat ini bisa merusak hati dan ginjal secara serius.
Bila mengonsumsi dalam jangka panjang atau dalam jumlah besar, senyawa tersebut dapat menyebabkan gagal organ. Oleh karena itu, penggunaan parasetamol untuk memasak daging bukan hanya keliru secara fungsi, tapi juga berisiko tinggi bagi kesehatan tubuh.
Masyarakat jangan sembarangan mengikuti tren tanpa memahami dampaknya.