Sidoarjo (Lampost.co) – Posko informasi Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, masih dipenuhi keluarga santri yang menjadi korban ambruknya musala ponpes tersebut. Mereka memilih tetap menunggu di lokasi hingga jenazah anak mereka ditemukan dan teridentifikasi, meski pihak berwenang telah meminta untuk menunggu di Posko Informasi Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim.
Salah satu pasangan yang setia menunggu di posko adalah Salahuddin (47) dan Khoyimah (45), warga Blega, Bangkalan, Madura. Mereka menanti kabar tentang anaknya, Ahmad Syuhaibi (15), yang menjadi santri di Ponpes Al Khoziny selama satu tahun enam bulan terakhir.
“Sampai petugas menemukan anak saya dan resmi teridentifikasi, saya tidak akan meninggalkan tempat ini,” ujar Salahuddin. Hal itu ia ungkapkan saat bertemu Wakil Bupati Sidoarjo, Mimik Idayana, yang meninjau posko, Minggu, 5 Oktober 2025.
Wakil Bupati Mimik Idayana meminta keluarga korban bersabar dan terus berdoa agar proses evakuasi serta identifikasi berjalan lancar. “Tetap semangat, bersabar, dan berdoa agar semuanya lebih mudah,” katanya.
Sejak musala ponpes runtuh pada Senin, 29 September, pasangan Salahuddin dan Khoyimah bertahan di posko hingga Minggu, 5 Oktober 2025. Mereka berharap menemukan jenazah putra mereka.
Sementara itu, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur hingga Minggu sore pukul 16.25 WIB telah menerima 40 kantong jenazah korban ambruknya musala Ponpes Al Khoziny. Jumlah itu merupakan akumulasi sejak Jumat, 3 Oktober 2025, termasuk tiga kantong berisi potongan tubuh yang temukan Tim SAR gabungan.
Proses Identifikasi
Kabid Dokkes Polda Jatim Kombes Pol M. Khusnan Marzuki menjelaskan, seluruh jenazah yang tiba di ruang Post Mortem RS Bhayangkara langsung menjalani proses identifikasi. Petugas menyimpan di cold storage.
“Proses identifikasi menggunakan metode forensik medis, pemeriksaan gigi, dan pencocokan properti korban,” ujarnya.
Pada Sabtu malam, 4 Oktober 2025, Tim DVI Polda Jatim berhasil mengidentifikasi tiga korban. Masing-masing Firman Nur (16) warga Tembok Lor, Muhammad Azka Ibadur Rohman (13) warga Kenjeran, dan Daul Milal (15) warga Kapasan. Ketiganya teridentifikasi berdasarkan kecocokan data medis, gigi, dan barang pribadi.