Jakarta (Lampost.co) — Harga emas dunia menjadi sorotan untuk perdagangan pekan depan, 10–14 November 2025. Para analis memperkirakan harga logam mulia itu bergerak di kisaran USD 3.837 hingga USD 4.133 per troy ounce dengan peluang kenaikan signifikan bila tekanan geopolitik global tetap tinggi.
Ibrahim Assuaibi, analis komoditas dari Dupoin Futures Indonesia, menjelaskan harga emas berpotensi turun lebih dulu ke level support USD 3.934. Bahkan, bisa menyentuh USD 3.837 per troy ounce sebelum berbalik naik.
“Kalau momentum beli kuat, harga bisa menembus resistance di USD 4.063 hingga mencapai puncak USD 4.133 per troy ounce,” ujarnya.
Ia menilai faktor utama yang memengaruhi pergerakan emas berasal dari ketegangan politik di Amerika Serikat (AS). Pemerintahan AS mengalami shutdown selama enam minggu akibat kebuntuan anggaran di Kongres. Situasi itu membuat 750 ribu pegawai federal kehilangan gaji dan memicu ketidakpastian ekonomi di negeri Paman Sam.
“Ketika data ekonomi tidak keluar karena shutdown, investor akan mencari aset aman seperti emas. Kondisi ini memperkuat permintaan global,” tambah Ibrahim.
Selain itu, perang dagang antara AS dan China kembali meningkat. Washington akan memblokir penjualan chip AI Nvidia ke Beijing. Sementara China menanggapi dengan pembatasan chip impor untuk pusat data mereka.
“Pertemuan Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping di KTT ASEAN serta APEC tidak menghasilkan solusi konkret,” jelasnya.
Faktor geopolitik lain juga datang dari konflik Rusia-Ukraina yang kembali memanas. Serangan udara Rusia menewaskan lebih dari 1.200 tentara Ukraina.
“Kondisi geopolitik yang memburuk ini membuat bank sentral dunia memperkuat cadangan devisa mereka dengan membeli emas dalam jumlah besar,” ungkap Ibrahim.
Kenaikan permintaan emas yang tidak seimbang dengan pasokan menciptakan ketidakseimbangan supply dan demand, mendorong harga tetap tinggi.
Harga Emas Antam dan Galeri24
Di pasar domestik, harga emas Antam tutup di level Rp 2.299.000 per gram pada akhir pekan lalu. Ibrahim memperkirakan pekan depan harga bisa melemah ke Rp 2.260.000 per gram hingga Rp 2.200.000 per gram jika tekanan jual meningkat. Namun, ada peluang rebound ke Rp 2.320.000 hingga Rp 2.390.000 per gram jika sentimen global kembali positif.
Sementara itu, harga emas Galeri24 Pegadaian naik Rp 20.000 menjadi Rp 2.304.000 per gram, dan emas Antam naik Rp 12.000 ke Rp 2.411.000 per gram pada perdagangan terakhir.
Rupiah dan Dolar AS Ikut Berpengaruh
Fluktuasi rupiah turut memengaruhi harga emas di dalam negeri. Nilai tukar rupiah ditutup Rp 16.690 per dolar AS pada Jumat (7/11). Ibrahim memperkirakan rupiah bergerak di rentang Rp 16.600–Rp 16.800 per USD pekan depan, dengan support di Rp 16.670 dan resistance di Rp 16.800.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) tutup di level 99,45 poin dan berpotensi bergerak antara 99,15–99,90 poin. Bank sentral AS (Federal Reserve) kemungkinan baru akan memangkas suku bunga 25 basis poin pada Desember, bukan November. Sebab, masih menunggu data inflasi dan tenaga kerja.
“Selama The Fed belum memberikan kepastian waktu penurunan suku bunga, volatilitas harga emas tetap tinggi. Namun, tren jangka panjang masih positif, terutama jika risiko geopolitik berlanjut,” jelas Ibrahim.
Peluang Investasi Emas Masih Terbuka
Para analis menilai emas tetap menjadi aset lindung nilai paling aman di tengah ketegangan global. Investor patutnya memanfaatkan momentum koreksi harga untuk melakukan akumulasi.
“Emas masih jadi pilihan utama di saat ketidakpastian global meningkat. Saat harga turun sementara, justru itu peluang emas bagi investor jangka panjang,” tutup Ibrahim.







