Bandar Lampung (Lampost.co) – Butuh aksi nyata yang kolektif, kepemimpinan kuat, serta komitmen para pemangku kepentingan, masyarakat, dan sektor swasta untuk menjawab tantangan sektor pendidikan pada 2026.
“Di tengah keterbatasan dana, kita terhadapkan pada kondisi kompetensi tenaga pengajar, kemampuan peserta didik, kesenjangan digital. Isu kesejahteraan guru yang belum memadai yang menanti langkah segera untuk mengatasinya.” kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 27 Desember 2025.
Sebelumnya, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Senin, 22 Desember 2025 mengungkap. Nilai rerata siswa SMA sederajat di Tes Kemampuan Akademik 2025.
Kemudian hasilnya, nilai rerata paling tinggi mata pelajaran wajib adalah Antropologi yakni sebesar 70,43 dan paling rendah adalah mata pelajaran Bahasa Inggris 24,93.
Selain itu, mata pelajaran yang nilainya rendah dalam TKA adalah Matematika yakni 36,10. Adapun penilaian ini dilakukan dengan skala maksimum 100,00. Sementara itu, kesenjangan digital antara masyarakat perkotaan dan perdesaan juga terbilang lebar.
Data BPS
Sementara catatan Badan Pusat Statistik pada 2023, meski akses internet meningkat. Tetapi kepemilikan komputer/laptop untuk belajar pada perkotaan tercatat 65%. Sedangkan pedesaan kepemilikan komputer/laptop untuk belajar baru 28%.
Namun kualitas keterampilan guru untuk menjalankan pembelajaran baik luring maupun jarak jauh juga belum memadai.
Kemudian menurut Lestari, upaya pemulihan sektor pendidikan dan harus mengedepankan percepatan peningkatan kualitas pembelajaran. Dengan fokus pada penguatan literasi, numerasi, dan karakter peserta didik.
Sementara dukungan penuh bagi sekolah, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari. Sangat butuh untuk merealisasikan sejumlah langkah tersebut.
Selanjutnya upaya meningkatkan kompetensi tenaga pengajar, tambah Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI itu. Harus menjadi prioritas melalui berbagai pelatihan yang praktis, kontekstual, dan berbasis kebutuhan di kelas.
Kemudian Rerie berpendapat, semua langkah tersebut butuh dukungan semua pihak terkait. Apalagi untuk menyelamatkan kondisi pendidikan nasional dari krisis pembelajaran yang terhadapi.
Lalu Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu mengingatkan. Ancaman krisis pembelajaran bila tidak segera diatasi akan berimbas pada kualitas sumber daya manusia Indonesia dan daya saing bangsa masa depan.








