Bandar Lampung (Lampost.co)— Program operasi pasar murah oleh pemerintah ataupun swasta bertujuan untuk mengendalikan harga normal di pasaran harus masif.
Pengamat Ekonomi Universitas Lampung, Nely Aida, menyebut tujuan ini akan tercapai apabila operasi pasar murah dilakukan dengan stok produk yang banyak. Pasar murah harus masif berlangsung di banyak tempat.
Namun kasus yang sering terjadi menurut Nely adalah kondisi sebaliknya. Stok barang di pasar murah yang tersedia di pasar murah justru untuk mengendalikan harga kerap kali terbatas. Hanya ada di tempat-tempat tertentu. Akibatnya tidak banyak masyarakat yang merasakan dampaknya.
“Jadi jika kondisi ini terjadi, maka belum bisa menjadi therapy ampuh untuk menormalkan harga,” ujar Nely Kamis, 21 Maret 2024.
Akademisi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan FEB Unila itu menjelaskan harga terbentuk karena adanya supply dan demand.
Beberapa kebutuhan pokok yang diburu masyarakat sangat terkait dengan stok produksi yang tersedia oleh pihak suplier.
Ketika memasuki Ramadan, biasanya demand masyarakat akan kebutuhan pokok meningkat. Kondisi ini seiring dengan pemenuhan harapan agar bisa beribadah dengan kondisi fisik yang terjaga.
Dan yang tak kalah menariknya, kata dia, kondisi lapar menjadi pemicu masyarakat untuk melakukan konsumsi berlebihan dari padaingkan hari biasa.
“Kondisi inilah yang menyebabkan demand lebih besar dari supply. Pada akhirnya menekan harga, terutama untuk produk makanan,” katanya.
Namun, kondisi berbeda biasanya terjadi ketika seminggu menjelang Idulfitri. Pola konsumsi masyarakat biasanya tidak saja pada produk makanan, tapi juga beriringan dengan demand terhadap produk pakaian.
“Kondisi ini biasa terjadi setiap tahunnya. Namun konsumsi makanan dan pakaian berdampak positif dalam meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),” tuturnya.