Bandar Lampung (Lampost.co) — Sejumlah harga bahan pangan di pasaran setelah Lebaran hingga saat ini tidak kunjung normal. Komoditas yang terus berfluktuasi itu mulai dari gula, kopi, bawang merah, beras, dan minyak goreng.
Pengamat Ekonomi Universitas Lampung, Asrian Hendi Caya, menjelaskan naik turunnya harga bahan pangan secara teori ekonomi karena permintaan dan penawaran yang berasal dari produksi.
“Saat penawaran sedikit, tetapi permintaan melebihi batas, maka harga barang akan naik secara signifikan dan berlaku sebaliknya,” kata Asrian, kepada Lampost.co, Kamis, 2 Mei 2024.
BACA JUGA: Stok Pangan di Bandar Lampung Diklaim Aman
Selain itu, bisa juga akibat berkurangnya jumlah produksi di tingkat petani. Hal itu karena gagal panen atau pengaruh iklim dan hama/penyakit. Naiknya biaya produksi, seperti pupuk, bibit, atau gabah juga turut berpengaruh terhadap harga jual.
Apalagi, saat hari-hari besar keagamaan yang siklusnya berulang, permintaan barang menjadi meningkat seiring kebutuhan.
“Bisa juga produksi tidak masalah, tapi karena gangguan distribusi. Misalnya, gangguan transportasi, jalan rusak, atau ada penimbunan stok dari pedagang nakal,” ujar dia.
Menurut dia, sistem tata niaga saat ini tengah mengalami transisi dari Bulog ke Bappanas. Hal itu juga dapat mempengaruhi kenaikan harga.
Penetapan komoditas strategis bukan suatu masalah, tetapi harus dalam pengendalian pemerintah. Terutama dalam sistem distribusinya agar keseimbangan harga tetap terjaga.
“Misalnya, pupuk bersubsidi harusnya terdistribusi secara tertutup dalam pengendalian pemerintah. Tapi, justru melalui agen dan pelaku swasta umum, bahkan jalurnya panjang mulai dari lini 1 sampai 4,” kata dia.