Bandar Lampung (Lampost.co)– Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) kian marak menjangkit kesehatan masyarakat. Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung mencatat, sepanjang Januari – April 2024 jumlah kasus DBD di Lampung mencapai 4.127 kasus.
Jumlah itu tersebar ke 15 kabupaten/kota dengan rincian, Lampung Utara sebanyak 818 kasus. Lampung Tengah 763, Tulangbawang 840, Pesisir Barat 441, dan Tulangbawang Barat 245, Lampung Timur 233.
Kemudian Tanggamus 197, Lampung Selatan 158, Way Kanan 157, Pesawaran 124 Mesuji 118. Lampung Barat 106, Bandar Lampung 105, Metro 98, dan Pringsewu 84.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Edwin Rusli menyebut, peningkatan kasus ini terjadi bukan hanya di Lampung melainkan di seluruh provinsi di Indonesia.
Edwin mengungkapkan, lonjakan kasus DBD di pengaruhi oleh faktor perubahan iklim seperti curah hujan. Suhu dan kelembaban yang merupakan faktor lingkungan menurutnya telah mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti yang merupakan vektor DBD.
“Kemudian budaya PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan 3M Plus yang belum dilaksanakan secara optimal di masyarakat. Serta mobilisasi penduduk yang tinggi turut mempengaruhi peningkatan kasus DBD,” jelas Edwin Rabu, 8 Mei 2024.
Pencegahan DBD
Untuk mencegah penularan yang semakin luas, Dinas Kesehatan berharap kepada masyarakat untuk bisa bergerak secara massal dan berkelanjutan terkait langkah-langkah antisipasi.
Yaitu dengan melaksanakan gerakan serentak pencegahan dan pengendalian DBD dengan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara Menguras, Menutup, Mendaur ulang (PSN-3M PLUS).
Langkah ini menurut Edwin harus kita lakukan secara kontinu setiap minggu di lingkungan rumah, sekolah. Kantor, tempat-tempat umum, rumah ibadah dan tempat-tempat penularan potensial lainnya.
Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain dengan cara menguras dan membersihkan tempat-tempat yang bisa menjadi tempat penampungan air .Seperti bak mandi, ember penampungan air, penampung lemari es, tatakan dispenser, dan lainnya.
Kemudian menutup rapat tempat-tempat penampungan air, seperti drum, atau tong air. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD, atau bisa juga dengan menabur bubuk larvasida.
“Dan tidak lupa juga untuk menggunakan obat nyamuk atau kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk>
Menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya ventilasi rumah, serta menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk,” imbuhnya.
Guna mengantisipasi terjadinya penumpukan pasien DBD di rumah saki. Edwin juga turut menghimbau kepada Puskesmas, dan juga rumah sakit baik itu umum maupun swasta untuk melaporkan secara rutin kasus Dengue (DD, DBD, DSS) kepada Dinas Kesehatan masing-masing kabupaten kota dalam waktu 1×24 jam.
Segera Puskesmas tindak lanjuti untuk melakukan Penyelidikan Epidemologi (PE) DBD.
“Kemudian meningkatkan kewaspadaan di layanan primer/Puskesmas/RS/klinik. termasuk juga apotek yang menjadi rujukan pertama ketika masyarakat sakit, terutama di fase-fase kritis,” ujarnya.
Kepada masyarakat dan juga Nakes, Edwin juga menyerukan untuk dapat lebih mengenali tanda-tanda dan gejala awal DBD.
Gejala DBD
Beberapa gejala yang harus masyarakat kenali pada awal DBD yakni mendadak panas tinggi, tampak lemah, dan lesu. Kemudian nyeri ulu hati serta belakang bola mata pada umumnya tampak bintik-bintik merah. Kemudian pada kulit biasanya ada seperti gigitan nyamuk di sebabkan pecahnya pembuluh darah.
Adapun tanda-tanda lanjutan lainnya yaitu terjadi perdarahan di hidung (mimisan), serta terjadi muntah atau buang air besar bercampur darah.
“Bila tidak segera di tolong dapat menyebabkan kematian. Maka untuk pertolongan pertama beri minum sebanyak-banyaknya air minum, susu, atau teh. Kemudian beri obat penurun demam golongan parasetamol dapat membantunya dengan kompres air hangat dan segera bawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat,” ucapnya.