Bandar Lampung (Lampost.co): Setiap tahun umat Buddha pastinya merayakan Hari Raya Waisak. Apa itu perayaan Hari Raya Waisak? Lampost.co merangkum dari laman Kemenag.go.id sebagai berikut:
Mereka yang merenungkan kebajikan luhur Sang Buddha sepanjang siang dan malam, yang sernatiasa sadar adalah siswa-siswi Buddha Gotama (Dhammapada, XIX:296).
Baca juga: Pertamina Antisipasi Peningkatan Konsumsi BBM saat Libur Waisak
Setiap tahun pada purnama di bulan Waisak, umat Buddha merayakan Waisak. Tahun ini, Hari Raya Waisak 2568 BE jatuh pada Kamis, 23 Mei 2024.
Kata Waisak berasal dari dua bahasa yaitu Vaisakha (Sansekerta) dan Vesakha (Pali) yang berarti nama bulan dalam kalender Buddhis. Pada kalender Masehi, Waisak umumnya jatuh pada akhir April, Mei, atau awal Juni.
Kalangan umat Buddha menyebut Waisak sebagai Hari Raya Trisuci Waisak. Karena hal itu untuk memperingati tiga peristiwa penting, pertama, kelahiran Bodhisattva (calon Buddha) Siddharta Gautama di Taman Lumbini pada tahun 623 SM. Kedua, petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna di Bodh pada tahun 588 SM. Ketiga, wafatnya Buddha Gotama (Maha Parinibbana) di Kusinara.
Menyongsong Waisak, umat Buddha sering mengadakan kegiatan bersih vihara, ziarah ke makan leluhur, dan bersih makam pahlawan. Pada saat Hari Waisak, umat Buddha melaksanakan puja pada detik-detik bulan purnama. Kegiatan lomba atau pentas kesenian juga umat Buddha laksanakan untuk memeriahkan perayaan Waisak.
“Pencapaian Penerangan Sempurna” merupakan salah satu peristiwa yang umat Buddha peringati pada hari Waisak. Pencapaian Buddha ini hendaknya menjadi inspirasi dan motivasi umatnya untuk senantiasa berbuat kebajikan.
Perayaan Waisak, tidak hanya sekadar melaksanakan tradisi puja, tetapi lebih dari itu. Umat Buddha dapat meneladani tekad, semangat, pantang menyerah, dan sifat-sifat luhur Buddha serta senantiasa melaksanakan dhamma.
Perjalanan Buddha Gautama
Kemauan dan semangat Buddha Gautama ditunjukkan pada saat beliau terlahir sebagai Petapa Sumedha, pada masa kehidupan Buddha Dipankara. Petapa Sumedha bertekad untuk menjadi Buddha pada masa selanjutnya.
Ketika waktunya telah tiba, Siddharta Gautama terlahir di bumi untuk terakhir kalinya demi menyempurnakan parami. Setelah Penerangan Sempurna terealisasikan, Buddha mendedikasikan hidupnya untuk menyebarkan dhamma dan membentuk Sangha.
Saat menjelang wafat, beliau berpesan, ”Oh para Bhikkhu, segala sesuatu tidak kekal adanya, berjuanglah dengan kewaspadaan (Maha Parinibbana Sutta). Sudahkah melaksanakan pesan beliau?
Kisah hidup Buddha Gautama mengajarkan kita perlunya perjuangan. Umat Buddha yang menyambut Waisak dengan penuh kesadaran dan meneladani sifat-sifat luhur Buddha mampu memaknai arti Waisak yang sesungguhnya.
Penghormatan atau puja tertinggi pada Buddha adalah dengan melaksanakan Dhamma dalam berbagai segi kehidupan, baik kehidupan sehari-hari, beragama, berbangsa dan bernegara.
Selamat Hari Raya Trisuci Waisak Tahun 2024/2568 BE
Semoga semua makhluk berbahagia
Sadhu Sadhu Sadhu
Amat, S. Ag. (Penyuluh Agama Buddha PNS Kankemenag Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)