Washington (Lampost.co)—Amerika Serikat (AS) menjadi pendukung Israel dalam pembebasan empat sandera dari Gaza. Serangan itu sendiri menyebabkan lebih dari 200 nyawa melayang.
CBS News, Minggu (9/6/2024), melaporkan AS memberikan dukungan bantuan utamanya dalam bentuk dukungan intelijen. Pejabat AS yang tidak mau mengungkap namanya, menyebutkan kepada CBS bahwa militer AS tidak berpartisipasi dalam operasi tersebut.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden berupaya besar sejak 7 Oktober 2023 memberikan dukungan kepada Israel dalam masalah penyanderaan termasuk diplomatik, intelijen, dan terkadang dukungan militer. AS sebelumnya mengakui memberikan dukungan pengawasan untuk membantu menemukan sandera.
Video yang beredar online pada Sabtu (8/6/2024) menunjukkan helikopter IDF (militer Israel) lepas landas dari pantai dengan latar belakang dermaga AS. Dua pejabat AS mengatakan kepada CBS News dermaga AS tidak digunakan dalam operasi IDF.
Kapal itu berada di luar negeri untuk membantu pengiriman bantuan kemanusiaan. Seorang pejabat AS menjelaskan helikopter itu mendarat di selatan fasilitas tersebut di pantai namun tidak di dalam area dermaga yang terbatas.
“Fasilitas dermaga tidak untuk operasi penyelamatan sandera hari ini di Gaza. Area di selatan fasilitas tersebut untuk mengembalikan para sandera dengan aman ke Israel,” kata seorang pejabat AS.
Upaya diplomatik masih berlangsung untuk merundingkan pembebasan sandera yang tersisa, termasuk lima warga negara AS yang masih hilang dan tiga jenazah warga AS lainnya.
Serangan Brutal
Namun, pengeboman besar-besaran Israel dan serangan mendadak ke kamp pengungsi Nuseirat dan daerah lain di Jalur Gaza, menewaskan sedikitnya 210 orang tewas dan membuat lebih dari 400 lainnya terluka.
Kepala Badan Kemanusiaan PBB (UNOCHA), Martin Griffiths, mengungkapkan kamp pengungsi Nuseirat adalah pusat trauma seismik yang terus melanda warga sipil di Gaza.
“Saat 4 sandera bersatu kembali dengan keluarga mereka, banyak orang masih tertawan. Semuanya harus bebas. Tapi setiap hari perang ini berlanjut dan makin mengerikan,” katanya di akun X.
Menurutnya, semua warga sipil, baik itu di Gaza maupun di Israel, berhak mendapat perlindungan yang sama.
Israel telah melanjutkan serangan brutalnya di Gaza sejak operasi lintas batas Hamas pada 7 Oktober 2023. Meski sudah ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata.
Lebih dari 36.800 warga Palestina tewas di Gaza, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak. Dan lebih dari 83.500 lainnya terluka dalam serangan Israel, menurut data otoritas kesehatan setempat.
Delapan bulan setelah perang, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan.