Jakarta (Lampost.co) — Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.
Menurut dr. Yahya Berkahanto Juwana, Sp. J. P, Subsp. K. I. (K), Ph.D, FIHA selaku Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Rumah Sakit Pondok Indah, penyakit jantung koroner (PJK) terjadi akibat adanya plak aterosklerosis yang menumpuk dan tumbuh secara bertahap dalam dinding arteri. Kondisi ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Kematian di Indonesia akibat penyakit kardiovaskular mencapai 651.481 penduduk per tahun. Menurut data Institute for Health Matrics and Evaluation pada 2019, penyakit jantung koroner tercatat 245.343 kematian di Indonesia.
Baca Juga:
Jaga Kesehatan Jantung dengan Aktivitas Fisik Rutin
Untuk itu, dr. Yahya menekankan masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat. Hal ini berguna untuk kesehatan, khususnya kardiovaskular.
Lebih jelasnya, seperti apa saran dr. Yahya, berikut di antaranya:
1. Nutrisi seimbang dan berolahraga
“Pencegahan adalah obat yang terbaik. Maka perlu lifestyle modification yang sehat untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner,” katanya dalam temu media di Jakarta, Rabu, 19 Juni 2024.
Pola hidup sehat adalah mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang dan rutin berolahraga setiap hari. Upaya ini merupakan langkah awal untuk melawan risiko terjadinya penyakit jantung koroner.
2. Diet yang tak menyiksa
Jika melakukan diet, dr. Yahya sarankan lakukan yang sehat dan tidak menyiksa. Salah satunya adalah mengonsumsi garam kurang dari 2 gram per hari. Selain itu, sebaiknya menghindari gorengan, MSG, makanan berlemak, makanan cepat saji, soda, atau menerapkan mediteranian diet.
3. Medical check up
Ketika semakin bertambah usia, dr. Yahya menyarankan untuk melakukan medical check up (MCU). Bisa juga berkonsultasi kepada dokter spesialis jantung untuk membekali diri seputar penyakit kardiovaskular. Sebab seringkali penyakit ini sebagai silent killer.
“MCU sangat penting sebagai skrining awal untuk mengetahui apakah seseorang memiliki penyakit jantung atau tidak. Penyakit ini sering tidak terdeteksi gejalanya, lalu tiba-tiba terkena serangan jantung, maka sering disebut silent killer,” jelasnya.
Atherosclerotic Cardiovascular Disease (ASCVD) umumnya dialami oleh pria berusia di atas 45 tahun dan wanita di atas 55 tahun. Namun beberapa faktor risiko seperti diabetes, riwayat jantung, merokok, dan meminum alkohol ini juga berdampak pada terjadinya jantung koroner.
Gejala serangan jantung koroner biasanya berupa nyeri dada seperti tertusuk, terbakar, ditekan, serta sesak napas dan napas berat yang bisa menjalar ke perut, lengan, leher, atau rahang, baik saat beristirahat maupun beraktivitas. Tingkat gejala ini bervariasi antara pasien satu dengan lainnya.
Penanganan penyakit jantung koroner pun melalui obat-obatan. Namun jika tidak ampuh untuk mengobati, maka pemasangan ring atau stent jantung dibutuhkan. Jadi jika tidak ingin hal ini terjadi, sebaiknya menerapkan gaya hidup sehat dan segera mungkin ke dokter jika terjadi gejala.
“Jika terjadi serangan jantung koroner, segera ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pengobatan dan prosedur kateterisasi sesegera mungkin,” pungkasnya.