Jakarta (Lampost.co) — Polemik mengenai kondisi ekonomi masyarakat Indonesia kembali mencuat karena dinilai terus melemah hingga kuartal III 2024. Hal itu dengan terungkapnya perbedaan data antara eks Menteri Keuangan dan Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Bambang Brodjonegoro dan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Bambang menilai daya beli masyarakat melemah, sedangkan Sri Mulyani tetap optimis ekonomi Indonesia dalam kondisi baik.
Pernyataan Bambang, turut dibuktikan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2024 hanya mencapai 4,91% secara tahunan (yoy), di bawah angka 5%.
Hal itu turut memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode tersebut yang hanya mencapai 4,95%. “Turunnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dari di atas 5% menjadi di bawah 5% ini tanda jelas adanya pelemahan daya beli masyarakat,” ujar Bambang.
Ia menjelaskan data kuartal III-2024 mencerminkan kondisi daya beli sebenarnya karena tidak terpengaruh faktor musiman. Berbeda dengan kuartal I dan II-2024 yang terdapat dorongan Pemilu 2024, Ramadan, Lebaran, dan perayaan lainnya.
“Pada kuartal III, tidak ada faktor pemilihan umum, libur panjang, atau hari raya. Data ini lebih murni menggambarkan kondisi ekonomi,” kata Bambang.
Selain itu, penurunan jumlah kelas menengah di Indonesia juga makin nyata. Berdasarkan data BPS, jumlah kelas menengah pada 2019 mencapai 57,33 juta orang (21,45% dari total penduduk). Namun, pada 2024 angka tersebut turun menjadi 47,85 juta orang (17,13%).
“Menurunnya kelas menengah dan masih tingginya jumlah aspiring middle class serta near poor, menunjukkan adanya pelemahan konsumsi yang signifikan,” kata dia.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, optimistis perekonomian Indonesia masih stabil. Ia menilai pertumbuhan ekonomi kuartal III-2024 yang mencapai 4,95% (yoy) menunjukkan daya tahan ekonomi Indonesia.
Hal itu dengan sektor manufaktur, perdagangan, dan konsumsi, masih menjadi penopang utama ekonomi Indonesia. “Inflasi pada November 2024 hanya 1,55% (yoy), salah satu yang terendah di dunia. Tingkat konsumsi masyarakat juga masih terjaga, ekspor meningkat, dan neraca perdagangan surplus,” kata Sri Mulyani.
Kebijakan Ekonomi Presiden Prabowo
Untuk itu, Presiden Prabowo Subianto turut merespons kondisi tersebut dengan mengeluarkan 15 paket kebijakan ekonomi berupa insentif khusus yang fokus pada kuartal I-2025. Kebijakan itu untuk mendorong konsumsi rumah tangga agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi.
“Presiden tidak ingin kuartal I-2025, yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab beliau, menunjukkan angka pertumbuhan ekonomi yang kurang menggembirakan,” katanya.