Yogyakarta (Lampost.co)—Gunung Merapi di Yogyakarta terus mengalami tingkat aktivitas vulkanik yang tinggi selama seminggu terakhir. Sejak 5 hingga 11 April 2024, telah terjadi 103 kali guguran lava dari puncak kawah. Arahnya ke barat daya, dengan jarak luncur maksimal mencapai 1.800 meter dari puncak.
Selain itu, satu kali awan panas guguran juga terjadi, mengarah ke barat daya atau ke hulu Sungai Bebeng dengan jarak luncur maksimal 1.100 meter.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Agus Budi Santosa, menjelaskan tingginya aktivitas vulkanik ini, termasuk guguran lava dan awan panas. Hal ini menyebabkan perubahan morfologi kubah lava.
Menurut analisis foto udara, kubah lava tengah saat ini mencapai 2.358.200 meter kubik, sementara kubah lava di barat daya mencapai 2.054.600 meter kubik.
Selama periode tersebut, Pos Pengamatan Gunungapi Merapi di Babadan, Magelang, mencatat adanya asap kawah membubung hingga 170 meter dari puncak. Asap ini memiliki ketebalan tipis dan tekanan yang lemah hingga sedang.
Baca Juga: 4 Gunung Api di Indonesia Berstatus Siaga, 1 Ada di Lampung
Agus dari BPPTKG Yogyakarta juga melaporkan terjadinya 875 kali gempa selama seminggu terakhir. Terdiri dari berbagai jenis seperti gempa awan panas guguran, gempa vulkanik dangkal, gempa frekuensi rendah, gempa guguran, dan gempa tektonik.
Pada Kamis, 11 April 2024, Pos Pengamatan Gunung Merapi mencatat hujan dengan intensitas 62 mm/jam selama 220 menit di Pos Kaliurang. Namun, tidak ada penambahan aliran atau lahar di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Meskipun aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih tinggi, terutama dalam bentuk erupsi efusif. Status aktivitasnya saat ini dalam tingkat Siaga oleh BPPTKG Yogyakarta.
Masyarakat setempat harap waspada dan mengikuti arahan dari otoritas terkait guna mengantisipasi potensi bahaya lebih lanjut dari gunung berapi ini.