Bandar Lampung (Lampost.co) – Meski sudah memasuki musim kemarau. Sejumlah wilayah Provinsi Lampung masih mengalami hujan dengan intensitas cukup tinggi. Fenomena ini terkenal sebagai kemarau basah, yakni curah hujan lebih tinggi dari rata-rata historisnya.
Kemudian menurut BMKG Lampung, kondisi ini berpotensi terjadi pada beberapa daerah. Seperti Lampung Barat, Tulang Bawang Barat, Pesawaran, Pringsewu, dan Lampung Utara. Serta sebagian wilayah Lampung Tengah, Way Kanan, Mesuji, Tulang Bawang, dan Lampung Timur.
Kenapa Masih Hujan di Musim Kemarau?
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Lampung, Rudi Harianto, mengungkapkan. Hujan yang masih turun karena awal musim kemarau yang tidak serentak pada seluruh Lampung.
“Sebagian wilayah masih berada dalam masa pancaroba. Sehingga potensi hujan tetap ada,” jelasnya pada Minggu, 15 Juni 2025.
Kemudian proses peralihan musim ini terjadi bertahap. Sejak April 2025, beberapa daerah seperti Lampung Selatan, Pesawaran, dan Pringsewu sudah mengalami awal kemarau. Mei 2025 menyusul wilayah Bandar Lampung, Metro, Lampung Timur, Tulang Bawang, Mesuji, Tanggamus, dan Way Kanan. Sementara Juni 2025 akan menjadi awal kemarau bagi Pesisir Barat, Lampung Barat. Tulang Bawang Barat, Lampung Utara, dan Lampung Tengah.
Dampak dan Langkah Antisipasi
Selanjutnya BMKG memperkirakan puncak musim kemarau akan berlangsung bertahap antara Juni hingga September 2025. Dengan wilayah selatan Lampung lebih dulu mengalaminya.
Kemudian masyarakat perlu tetap waspada terhadap cuaca ekstrem yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Sektor pertanian juga perlu menyesuaikan jadwal tanam. Dan memilih tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan.
Selain itu, ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Ini perlu terantisipasi dengan meningkatkan kesiapsiagaan. Terutama pada daerah yang rawan terjadi kebakaran.
“Kesiapsiagaan terhadap potensi karhutla harus ditingkatkan,” pungkas Rudi.