Bandar Lampung (Lampost.co)–Pengamat Ekonomi Universitas Lampung (Unila), Asrian Hendi Caya mengatakan tingginya biaya produksi gabah berdampak pada kenaikan harga beras di pasaran.
“Bahasa ekonominya cost push infoation atau inflasi dorongan biaya harga gabah yang tinggi. Ini bisa jadi akibat harga belum tersedia atau belum panen,” kata Asrian, Senin, 19 Februari 2024.
Asrian mengatakan perusahaan telah membayar tinggi harga di tingkat petani memicu kenaikan biaya produksi. Sehingga wajar terjadi kenaikan harga beras di berbagai wilayah.
“Petani kita ini cenderung menjual gabah kemudian membeli beras. Hal itu menambah biaya transportasi (gabah dan beras) yang ikut mendorong harga beras naik,” jelasnya
Selain itu, perubahan iklim juga menurutnya turut menyebabkan perubahan pola produksi bahkan kegagalan produksi. Musim panas yang berkepanjangan menyebabkan kekurangan air. Sementara saat musim hujan tiba, kata Asrian menyebabkan banjir yang dapat merusak sawah petani.
Kemudian dari sisi demand, Asrian menuturkan bahwa menjelang puasa dan lebaran ini, siklus harga biasanya akan menunjukan kenaikan.
“Ini memang kenaikannya lebih awal. Bisa jadi pasar mempersiapkan stok untuk puasa dan lebaran sehingga mendorong permintaan naik sementara pasok cenderung stagnan bahkan kurang. ya harga akan naik,” katanya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung menyatakan pada Desember 2023, terjadi peningkatan harga untuk Gabah Kering Panen (GKP).
Kepala BPS Lampung, Atas Parlindungan Lubis, mengatakan harga gabah kering panen di tingkat petani naik 0,97 persen.
“Harga gabah di tingkat petani kualitas GKP naik di Desember 2023. Kenaikan rata-rata harga kelompok kualitas GKP di tingkat petani 0,97 persen dari Rp6.885,16 per kg menjadi Rp6.952,00 per kg,” ujar Atas melalui keterangan resminya, Selasa 2 Januari 2024.
(Ihwana Haulan)