Bandar Lampung (Lampost.co) — Fajar Wijaya memiliki tangan yang begitu mahir menciptakan alat musik gitar. Mulai dari jenis gitar bas, akustik, elektrik, kontra bas, hingga banjo, yang terdesain dengan rapih.
Pria berusia 50 tahun itu mendirikan usaha gitar sejak 2009 dengan label ‘The Profesional FJR Classic’. Rumah produksinya berlokasi di Jalan Raya Natar, Lampung Selatan. Selain melayani pembuatan, dia juga menawarkan jasa servis gitar.
“Saya bergerak di bidang usaha pengrajin gitar bas, akustik, elektrik, banjo, ataupun kontrabas pun jadi,” ujar dia, Rabu, 24 April 2024.
Tiga tahun usahanya berjalan, Fajar mengenal PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) I Regional VII. Sejak saat itu rumah produksinya mulai berkembang dengan tergabung sebagai usaha mikro kecil (UMK) binaan BUMN tersebut.
“Ada rekan yang mengenalkan dengan PTPN karena ada fasilitasi pinjaman modal,” kata dia.
BACA JUGA: Meniti Usaha Jati Ukir Bersama PTPN 1 Regional 7
Kemitraan itu memberikan kemudahan akses dari sisi pemodalan dan pelatihan untuk mengembangkan usahanya baik dalam peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) maupun pemasaran.
“Saya mendapat pinjaman modal yang sangat membantu pengusaha untuk maju dan mendapatkan pelatihan-pelatihan,” ujar dia.
Hasilnya, kondisi usahanya setelah menjadi UMK Binaan PTPN I Regional VII tumbuh hingga 75 persen. Kemajuan itu terdongkrak dari perluasan pemasaran, pameran, dan suntikan modal. “Perkembangan usaha naik drastis hingga 65-75 persen,” kata dia.
Dia melanjutkan, gitar buatannya memiliki banderol harga mulai dari Rp300 ribu hingga jutaan rupiah sesuai tingkat kerumitan permintaan pembeli.
Produknya itu saat ini memiliki pasar hingga skala nasional dan internasional. “Saya pernah menjual dengan harga tertinggi Rp13.830.000 yang beli Mr. Jimmy dari Kanada,” kata dia.
Menurut dia, usahanya kini memiliki omzet bulanan rata-rata sekitar Rp7–8 juta. “Bergabung bersama PTPN I Regional VII itu bisa memetik hasil dan mengajak lebih maju,” kata dia.