Jakarta (Lampost.co) — Harga emas dan perak melonjak tajam pada perdagangan sepanjang pekan lalu. Pasar logam mulia bereaksi kuat terhadap kebijakan moneter Amerika Serikat. Federal Reserve memangkas suku bunga sebesar seperempat poin. Keputusan itu langsung menekan nilai dolar Amerika Serikat.
Pelemahan dolar mendorong minat beli aset lindung nilai. Investor beralih ke emas dan perak untuk menjaga nilai aset. Harga emas spot naik 1,2 persen ke level US$ 4.280,08 per ons. Angka itu menjadi posisi tertinggi sejak Oktober 2025.
Kontrak berjangka emas Amerika Serikat untuk pengiriman Februari ikut menguat. Harga penutupan mencapai US$ 4.313 per ons. Dalam konversi rupiah, emas dunia setara sekitar Rp 71,40 juta per ons. Nilai itu memakai asumsi kurs Rp 16.680.
Perak mencatat kenaikan lebih agresif daripada emas. Harga perak spot melonjak hampir 4 persen. Perak diperdagangkan di level US$ 64,22 per ons. Harga itu hanya terpaut tipis dari rekor tertingginya.
Analis Marex, Edward Meir, menyebut perak memimpin reli logam mulia. Momentum kuat menyebar ke emas, platinum, dan paladium.
“Pasar logam mendapat dorongan besar dari kombinasi suku bunga rendah dan dolar lemah. Kondisi itu menguntungkan aset safe haven,” kata Meir.
Indeks dolar Amerika Serikat turun ke titik terendah delapan pekan. Pelemahan itu membuat emas lebih murah bagi pembeli global.
Selain itu, The Fed memangkas suku bunga tiga kali sepanjang 2025. Bank sentral tetap mencermati inflasi dan pasar tenaga kerja. Lalu Inflasi Amerika Serikat belum kembali ke target dua persen. Situasi itu memberi ruang bagi emas untuk melanjutkan tren naik.
Tekanan politik juga memengaruhi pasar. Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendorong kebijakan suku bunga lebih longgar. Gedung Putih mengisyaratkan dukungan terhadap kebijakan moneter akomodatif. Kevin Hassett muncul sebagai kandidat kuat ketua The Fed berikutnya.
Sentimen Tambahan
Pelaku pasar kini menanti rilis data non-farm payrolls Amerika Serikat. Laporan itu rencananya keluar pada 16 Desember. Data tenaga kerja akan menentukan arah kebijakan The Fed selanjutnya. Investor bersiap menghadapi volatilitas lanjutan.
Dari Asia, India memberi sentimen tambahan bagi pasar logam. Regulator dana pensiun India mengizinkan investasi ETF emas dan perak. Kebijakan itu berpotensi meningkatkan permintaan logam mulia global. Pasar Asia Selatan menjadi sumber permintaan baru.
Kombinasi faktor moneter, politik, dan kebijakan global membuat logam mulia kembali primadona. Investor mengantisipasi reli berlanjut.








