Bandar Lampung (Lampost.co) — Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal mengingatkan bonus demografi di Provinsi Lampung berpotensi terjadi sebelum tahun 2028. Untuk itu, peningkatan kualitas pendidikan dan daya saing sumber daya manusia (SDM) sangat mendesak terlaksanakan.
Menurut Mirza, saat ini 68 persen penduduk Lampung berada dalam usia produktif (15–65 tahun). Ini menjadikan Provinsi Lampung berpotensi lebih cepat menikmati bonus demografi tersebut, bahkan sebelum tahun 2028.
Kemudian ia mengkhawatirkan bahwa potensi tersebut akan menjadi sia-sia. Terlebih bila tidak terbarengi dengan peningkatan kualitas pendidikan dan daya saing tenaga kerja.
“Bonus demografi bisa menjadi peluang besar, tapi kalau kualitas SDM kita masih rendah. Maka yang menikmati kemajuan bukan masyarakat Lampung,” katanya, Kamis, 29 Mei 2025.
Selanjutnya ia mengungkapkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Lampung masih tergolong rendah. Yakni peringkat terakhir di Sumatera dan ke-20 secara nasional. Rendahnya angka tersebut terdorong oleh kualitas pendidikan yang belum memadai.
Lalu menurutnya, hanya 21–22 persen lulusan SMA yang melanjutkan ke perguruan tinggi, dan hanya sekitar 62 persen lulusan SMP yang masuk ke SMA. Kondisi ini terus terjadi setiap tahun dan menghambat peningkatan IPM Lampung.
Ketenagakerjaan
Kemudian pada sektor ketenagakerjaan, Mirza menyebut ketimpangan besar antara jumlah lulusan perguruan tinggi dan lapangan pekerjaan yang tersedia.
Selanjutnya ia menyebut, dari sekitar 30 ribu lulusan Diploma 3 (D3) hingga sarjana (S1) tiap tahun. Hanya sekitar 800 lulusan dari perguruan tinggi di Lampung yang terserap oleh industri lokal.
“Kami hanya punya sekitar 200 perusahaan industri, jauh tertinggal dari provinsi tetangga. Bahkan dari 2.000 lowongan kerja untuk lulusan S1, 1.200 terisi oleh lulusan dari luar Lampung,” jelasnya.
Lalu ia juga menyoroti minimnya keterpaduan sistem pendidikan. Mulai dari SD hingga perguruan tinggi, yang berjalan sendiri-sendiri tanpa visi dan arah yang terintegrasi.
Kemudian Mirza menekankan pentingnya pengetatan standar kompetensi dan kelulusan. Ini agar siswa dan mahasiswa benar-benar siap menghadapi dunia kerja.
“Selama ini yang penting lulus, bukan kompeten. Sekolah dan universitas perlu bersinergi, menciptakan sistem pendidikan yang menyeluruh dan berjenjang,” tambahnya.
Selanjutnya ia mengajak seluruh pihak, terutama Aptisi Wilayah Lampung, untuk berkolaborasi erat dengan pemerintah daerah dalam membentuk SDM unggul. Ini sebagai pondasi menuju Indonesia Emas 2045.
“Periode 2025–2030 adalah fase kritis pembentukan generasi emas. Anak-anak SMP dan SMA hari ini adalah pemimpin dan pelaku pembangunan tahun 2045,” ujarnya.
Kemudian Mirza juga berkomitmen untuk membuka seluas-luasnya ruang dialog, menerima masukan. Serta menjalin kerja sama erat dengan seluruh institusi pendidikan tinggi swasta wilayah Provinsi Lampung demi kemajuan bersama pada masa depan.
“Kerjasama harus terlaksanakan untuk sama-sama mendukung dan menjawab tantangan hari esok. Harapannya semua anak yang ada di Lampung ini berdaya saing. Baik lokal maupun nasional hingga internasional,” jelasnya.