Jakarta (Lampost.co) — Harga emas berjangka Amerika Serikat (AS) mencatatkan rekor tertinggi terbaru dengan menembus US$2.708,7 per ounce.
Analis Teknikal Logam Mulia di Kitco Metals, Jim Wyckoff, mengatakan stimulus ekonomi dari China menjadi faktor utama pendorong kenaikan harga emas. Selain itu adanya peningkatan permintaan aset safe haven.
Secara teknikal, emas berjangka Desember berada dalam fase bullish dengan prospek keuntungan jangka pendek yang kuat.
Target harga bullish berikutnya berada di atas level resisten solid US$2.800 per ounce. Sementara, target bearish jangka pendek bisa mendorong harga turun ke bawah US$2.600.
“Level resisten terdekat saat itu berada di US$2.725, sementara level support terlihat di US$2.673,” kata Jim, mengutip dari Bareksa.
Melansir Kitco News (26/9), Dylan Smith, Ekonom Senior di Rosenberg Research, menilai emas berpeluang memasuki reli kedua yang bisa membawa harganya menembus US$3.000 per ounce dalam waktu dekat.
Menurutnya, meskipun ada kekhawatiran dari investor harga emas terlalu tinggi, beberapa faktor pendorong saat itu memungkinkan terjadinya lonjakan harga.
“Emas sebenarnya mengalami dua reli terpisah, masing-masing dengan pendorongnya sendiri. Itu berarti fase berikutnya dari pasar bullish baru saja mulai,” kata Smith.
Dia menyoroti pentingnya keputusan Federal Reserve AS yang memangkas suku bunga 0,5% pada 18 September 2024. Langkah itu menjadi salah satu faktor besar yang mendorong kenaikan harga emas sepanjang 2024.
Rosenberg Research memperkirakan emas bisa mencapai harga US$3.000 atau lebih dan risiko koreksi harga yang signifikan saat itu terbilang rendah.
Revisi Prediksi Harga Emas
Bank investasi asal Kanada, BMO Capital Markets, juga merevisi proyeksi harga emasnya untuk kuartal IV-2024. BMO sebelumnya memperkirakan harga emas di level US$2.350 per ounce, tetapi kini mereka revisi naik menjadi US$2.700.
Dalam jangka waktu 12 bulan ke depan, prediksi rata-rata harga emas mencapai US$2.663 per ounce, naik 21% dari proyeksi sebelumnya yang berada di level US$2.200.
BMO menilai kebijakan pemotongan suku bunga dari The Fed akan berpengaruh pada tren penurunan suku bunga global yang menjadi sentimen bullish bagi emas.
Analis BMO juga menyoroti pentingnya peran emas dalam sistem moneter global, terutama di tengah tren dedolarisasi yang makin kuat di pasar perdagangan internasional.
“Kami melihat peran emas dalam sistem mata uang perdagangan dunia akan terus bertumbuh pada 2025, terutama dengan prediksi melambatnya ekonomi global. China diperkirakan akan memainkan peran penting karena negara tersebut mendominasi perdagangan global,” ujar analis BMO Capital Markets.
Selain dampak dari kebijakan moneter global, harga emas juga terpengaruh perubahan besar di pasar mata uang dan perdagangan internasional. Ekonomi dunia yang akan melambat pada 2025, emas bakal menjadi aset lindung nilai utama yang investor global cari.
Tren itu makin mempertegas peran emas sebagai mata uang global yang penting di tengah ketidakpastian ekonomi dan ketegangan geopolitik.