Bandar Lampung (Lampost.co) — Perhelatan Lampung Begawi menjadi salah satu wadah penting dalam memperkuat perekonomian daerah. Acara yang terinisiasi Bank Indonesia (BI) tersebut tidak hanya menghadirkan berbagai kegiatan kreatif. Tetapi juga mencatatkan transaksi dan business matching bernilai miliaran rupiah.
Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Lampung, Bimo Epyanto mengatakan. Lampung Begawi menjadi ajang penghargaan bagi UMKM sekaligus ruang ekspresi kreativitas, keberagaman, dan inklusi.
“Acara ini untuk memberi penghargaan kepada para pelaku UMKM. Kita juga turut bersama-sama mengembangkan budaya Lampung, termasuk wastra, juga turut mendorong jalannya perekonomian” ujarnya dalam Closing Ceremony Lampung Begawi 2025 di Lampung City Mall, Minggu, 5 Oktober 2025.
Kemudian Bimo memaparkan, sepanjang kegiatan yang berlangsung pada 3-5 Oktober 2025 tersebut, tercatat lebih dari 10 ribu pengunjung. Transaksi wastra mencapai nilai Rp500 juta, sementara kuliner membukukan sekitar Rp460 juta. Business matching khususnya produk kopi dan makanan minuman menghasilkan nilai komitmen transaksi Rp5,5 miliar. Sedangkan business matching pembiayaan bersama perbankan mencapai Rp10,4 miliar.
“Di tengah tantangan ekonomi global, Lampung mampu bertahan dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas usaha yang terus meningkat,” katanya.
Selanjutnya ia menambahkan, tema besar Lampung Begawi tahun ini juga terarahkan untuk menjawab tantangan dan peluang Lampung dalam mengembangkan daya saing. Termasuk sektor UMKM dan investasi.
Uang Beredar Rp483 Triliun
Sementara itu, Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal mengatakan, Lampung merupakan produsen komoditas unggulan nasional, terutama sektor pertanian.
Selanjutnya menyebut, pada 2024 jumlah uang beredar di Lampung mencapai Rp483 triliun. Sebanyak Rp150 triliun atau 30 persen bergerak pada sektor pertanian. Namun, ia menyoroti masih rendahnya nilai tambah komoditas pertanian lokal.
“Banyak produk kita masih keluar dalam bentuk mentah, misalnya kopi green bean. Padahal harga produk olahan bisa dua kali lipat. Kita juga masuk lima besar produsen kakao, tapi belum ada produksi olahan yang masif,” jelasnya.
Kemudian Mirza menuturkan, dengan jumlah total UMKM Lampung yang mencapai 492 ribu unit. Seharusnya dapat mendorong hilirisasi produk. Namun, kenyataannya masih banyak UMKM yang belum mampu bertahan lama, dengan daya saing dan kualitas SDM yang masih terbatas.
“Karena itu kita butuh cara baru. Saya percaya, syarat Lampung tumbuh adalah UMKM harus tumbuh. Kita akan mencari investor untuk mempercepat perkembangan UMKM agar lebih masif dan menyerap banyak tenaga kerja,” katanya.
Lalu pihaknya kini tengah menyiapkan regulasi untuk memperkuat perlindungan UMKM guna menjawab persoalan akses pasar hingga akses modal.
Kemudian perluasan ruang pemasaran produk UMKM juga bakal terintegrasikan dengan sektor pariwisata. Menurutnya, sektor pariwisata Lampung juga menjadi peluang besar. Hingga Juli 2025, tercatat 15 juta wisatawan domestik berkunjung ke Lampung.
“Para wisatawan ini adalah pasar potensial. Pemerintah akan memastikan belanja mereka diarahkan ke produk lokal. Ke depan, pelaku pariwisata seperti hotel dan penyelenggara wisata akan kami dorong memberi ruang bagi UMKM. Dan ini perlu regulasi yang jelas,” tegasnya.
Selanjutnya Mirza menambahkan, Lampung Begawi menjadi contoh nyata kolaborasi pemerintah, BI, dan pelaku usaha dalam memperkuat ekonomi daerah.
“Fokus kami adalah menciptakan tata niaga yang sehat dan mendorong UMKM agar berdaya saing. Pada akhirnya, daya saing produk adalah nomor satu,” tutupnya.