Bandar Lampung (Lampost.co) — Masyarakat tengah ramai mengejar monetisasi di akun media sosial (medsos) pribadi. Caranya dengan giat memproduksi konten-konten menarik untuk memikat penonton dan followers.
Konten yang laris menarik penonton dan kunjungan pengguna lainnya bisa memonetisasi untuk memperoleh keuntungan. Tren membuat konten untuk monetisasi di medsos sebenarnya bukan hanya tahun ini saja.
Pengamat ekonomi, Yoke Moelgini, mengatakan penggunaan medsos mulai bergeser untuk meraih keuntungan ekonomi. Tren itu terjadi usai lumpuhnya roda perekonomian di masa pandemi covid-19.
Pada masa itu banyak kalangan pelaku usaha rumahan, pebisnis, hingga pedagang di pasar harus gulung tikar. Akibat kondisi itu membuat mobilitas masyarakat terhambat dan berpengaruh pada menurunnya daya beli.
“Sehingga, mereka beralih ke medsos seiring tingginya ketergantungan masyarakat pada teknologi. Hal itu turut mempengaruhi cara masyarakat untuk bisa menjalankan usahanya,” kata Yoke, kepada Lampost.co, Jumat, 26 April 2024.
BACA JUGA: DPRD Lampung Dorong Cyber Patrol Blokir Akun Medsos Judi Online
Selain itu, tingginya persaingan membuat fenomena sulitnya memperoleh pekerjaan di masa kini. Kondisinya kian nyata terasa dan tidak sedikit lulusan baru perguruan tinggi harus frustasi akibat tak kunjung mendapat pekerjaan.
“Masyarakat terdidik pada kondisi ini, cenderung mengarah ke medsos sangat besar sekali,” kata dia.
Untuk itu, medsos kini tidak hanya untuk berniaga, seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan YouTube. Namun, masyarakat menjadikannya untuk menghasilkan cuan dengan konten-konten menarik yang bisa terlihat banyak orang.
Peluang itu harus bermanfaat optimal di masyarakat. Dia meminta agar setiap pengguna medsos memanfaatkan perubahan itu secara positif, konstruktif, dan menguntungkan.
“Masyarakat kompetitif dalam menghasilkan karya atau tontonan yang bisa mendidik dan memberikan dampak positif bagi masyarakat,” kata dia.