Bandar Lampung (Lampost.co) — Pemerintah terus mendorong percepatan investasi di sektor bioetanol sebagai bagian dari strategi memperkuat ketahanan energi nasional berbasis sumber daya terbarukan.
Poin Penting:
- Pemerintah mendorong percepatan investasi bioetanol untuk memperkuat ketahanan energi nasional.
- Indonesia memasuki era bahan bakar E10, campuran 10 persen etanol dalam bensin.
- Toyota Indonesia siap mendukung pengembangan sektor hulu industri bioetanol.
- Lampung menjadi daerah strategis dalam penyediaan bahan baku etanol dari singkong, tebu, dan jagung.
Langkah ini jadi pembahasandalam Rapat Percepatan Rencana Investasi Bioetanol yang digelar di Kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi, Jakarta.
Baca juga : Peran Koperasi Petani Penting Dorong Percepatan Investasi Bioetanol
Rapat tersebut melibatkan sejumlah kementerian dan pemerintah daerah, termasuk Pemerintah Provinsi Lampung, yang menjadi salah satu produsen utama singkong, tebu, dan jagung di Indonesia.
Wakil Menteri Investasi Todotua Pasaribu mengatakan, Indonesia kini memasuki era bahan bakar E10, yaitu campuran 10 persen etanol dalam bensin. Langkah ini merupakan bagian dari kebijakan nasional untuk memperluas pemanfaatan energi ramah lingkungan di sektor transportasi.
“Dengan E10, potensi pasar domestik diperkirakan mencapai tiga hingga empat juta kiloliter etanol per tahun,” ujarnya.
Ia menjelaskan, dukungan industri menjadi faktor penting dalam mempercepat pengembangan ekosistem bioetanol nasional. Menurutnya, produsen otomotif asal Jepang di Indonesia, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, telah menyatakan kesiapan untuk mendukung sektor hulu industri etanol.
“Produsen otomotif Jepang di Indonesia, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, telah menyatakan kesiapan untuk terlibat dalam pengamanan pasokan bahan baku atau feedstock bagi pengembangan hidrogen dan bioetanol, termasuk terlibat di sektor hulu industri etanol,” jelasnya.
Todotua menilai, dukungan tersebut akan memperkuat sinergi lintas sektor dalam mempercepat terwujudnya industri bioetanol yang berkelanjutan. Selain itu, kerja sama ini dapat memperkuat keyakinan pemerintah terhadap pembangunan ekosistem bioetanol yang terintegrasi.
“Dukungan ini memperkuat keyakinan akan terwujudnya ekosistem bioetanol yang terintegrasi,” kata dia.
Sebagai informasi, Provinsi Lampung merupakan produsen utama singkong, peringkat kedua untuk tebu, dan ketiga untuk jagung, yang semuanya merupakan komoditas penting bagi pengembangan industri bioetanol nasional.








