Bandar Lampung (Lampost.co) – Pemerintah Provinsi Lampung turut dilibatkan dalam Rapat Percepatan Rencana Investasi Bioetanol yang digelar di Kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi, Jakarta.
Poin Penting:
- Menteri Koperasi dan UKM menekankan peran strategis koperasi petani dalam ekosistem bioetanol.
- Kolaborasi antarinstansi penting untuk mempercepat realisasi investasi.
- Produsen otomotif Jepang, Toyota, menunjukkan minat terhadap proyek bioetanol Indonesia.
- Pemprov Lampung menyiapkan lahan besar untuk bahan baku pertanian bioetanol.
Rapat tersebut membahas langkah strategis percepatan pengembangan ekosistem bioetanol nasional yang melibatkan pemerintah daerah, kementerian teknis, serta pelaku industri.
Dalam rapat itu, Menteri Koperasi dan UKM Ferry Juliantono menyoroti peran penting koperasi petani dalam pengembangan industri bioetanol. Menurutnya, koperasi memiliki potensi besar untuk memperkuat rantai pasok energi terbarukan berbasis pertanian di Indonesia.
“Kementerian Koperasi memiliki semangat yang sama dalam mengembangkan potensi bioetanol di Indonesia. Koperasi petani dapat menjadi bagian penting dalam ekosistem ini,” ujarnya.
Ia menjelaskan, keterlibatan koperasi petani mampu mengoptimalkan pemanfaatan bahan baku pertanian lokal. Dengan begitu, pengembangan industri bioetanol tidak hanya berfokus pada aspek energi, tetapi juga memberikan dampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan petani.
Ferry menambahkan, kolaborasi antarinstansi menjadi kunci dalam mempercepat realisasi investasi bioetanol. Ia menyebut, Kementerian Investasi telah menyiapkan sejumlah regulasi pendukung untuk mempercepat proses pengembangan industri tersebut.
“Dengan dukungan regulasi dan komitmen dari berbagai pihak, ekosistem bioetanol di Indonesia diharapkan dapat segera terwujud,” kata dia.
Ia juga menyebut, minat produsen otomotif besar asal Jepang, Toyota, menjadi sinyal positif bagi pengembangan bioetanol di Indonesia.
Sementara itu, di sisi hulu, Pemerintah Provinsi Lampung telah menyiapkan ratusan ribu hektare lahan untuk bahan baku utama seperti ubi kayu, tebu, dan jagung. Langkah ini menunjukkan kesiapan daerah dalam mendukung investasi sekaligus memperkuat rantai pasok industri bioetanol nasional.








