Salah satu nelayan, Sulis (50) menyebut akibat kelangkaan solar ia harus mengurangi jarak melautnya saat ini. Bahkan tak jarang ia memilih untuk tidak melaut, karena sulitnya mendapatkan solar sebagai bahan bakar utama kapalnya berlayar.
Keadaan itu dirasakan Sulis sangat berdampak pada hasil tangkapan ikannya, karena daya jelajah untuk mencari ikan terbatas. Belum lagi ditambah kondisi cuaca yang tak menentu.
“Karena ikan itu adanya di tengah laut, tapi solar langka jadinya nggak bisa jauh-jauh ngelautnya,” kata dia saat ditemui Lampost.co di dermaga TPI Lempasing pada Minggu, 19 November 2023.
Menurut Sulis, keadaan solar langka sudah berlangsung sejak satu bulan terakhir. Meski TPI Lempasing memiliki Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) khusus, solar tetap sulit didapatkan.
“Sudah satu bulan ini solar jarang ada, makanya nyetok dan irit-irit pakainya,” jelasnya.
Hal senada disampaikan nelayan lainnya, Imron. Menurutnya solar bersubsidi sangat sulit didapatkan baik di SPBN maupun SPBU. Keadaan semakin dipersulit dengan berbagai syarat untuk dapat membeli solar subsidi.
“Karena harus ada perizinan itu, habis Rp 2 juta ngurusnya,” ungkapnya.
Salah satu cara yang biasa ia gunakan adalah membeli solar subsidi menggunakan jasa rekan seprofesinya yang telah mengantungi izin. Jika tidak, maka ia terpaksa membeli solar non-subsi.
“Ngakalinnya bareng temen itu beli solar subsidi, karena susah dapet izinnya,” pungkasnya.
Putri Purnama