Bandar Lampung (Lampost.co) — Perum Bulog Kantor Wilayah Lampung mengimbau masyarakat untuk memanfaatkan beras SPHP sebagai langkah mengantisipasi beras oplosan dan lonjakan harga beras. Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) kini tersedia luas di pasar tradisional dan dinilai menjadi alternatif sehat serta ekonomis bagi masyarakat. Bulog memastikan ketersediaannya untuk menjaga kestabilan pasokan dan harga di tengah situasi pasar yang fluktuatif.
Pemimpin Perum Bulog Kanwil Lampung, Nurman Susilo, menjelaskan bahwa beras SPHP hadir dengan kualitas premium namun tetap dibanderol dengan harga terjangkau. Hal ini diharapkan dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat dalam memilih beras untuk konsumsi harian.
“Beras SPHP bukan untuk menyaingi merek lain di pasaran, tapi untuk memudahkan masyarakat mendapatkan beras dengan kualitas baik dan harga wajar,” kata Nurman pada Minggu, 27 Juli 2025.
Bulog juga aktif melakukan pengawasan di berbagai titik penjualan. Tim mereka telah melakukan pemantauan di Pasar Panjang dan menemukan empat toko yang telah menjual beras SPHP sesuai ketentuan. “Kami menegaskan agar para pedagang menaati aturan, termasuk menjual sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) dan tidak mengecer ulang,” ujar Nurman.
Ia menekankan bahwa pedagang tidak boleh menjual beras di atas HET. Tidak boleh membuka kemasan 5 kilogram untuk selanjutnya menjual eceran. Dan tidak boleh menjual kembali kepada pedagang lain. Ada pembatasan pembelasyarakat juga dibatasi pembeliannya, maksimal dua kantong atau 10 kilogram, agar distribusi merata.
“Harga maksimal beras SPHP adalah Rp12.500 per kilogram. Tujuannya jelas, agar masyarakat bisa mengakses beras berkualitas dengan harga bersahabat,” tegasnya. Hasil pengawasan di lapangan menunjukkan bahwa seluruh pedagang di Pasar Panjang masih mematuhi aturan tersebut. Tidak ada laporan penjualan di atas HET hingga saat ini.
Pentingnya Pengawasan
Untuk perbandingan, harga beras medium di pasar tersebut berada di kisaran Rp13.000 hingga Rp13.500 per kilogram, sementara beras premium sudah mencapai Rp15.000 per kilogram.
Bulog juga mengingatkan pentingnya pengawasan bersama terkait maraknya isu beras oplosan. Mereka telah bersinergi dengan Kejaksaan dan Satgas Pangan untuk memastikan beras yang beredar aman dikonsumsi.
“Beras oplosan hanya bisa dipastikan melalui hasil laboratorium. Sayangnya, kami belum memiliki fasilitas tersebut, sehingga perlu kerja sama dengan instansi terkait,” lanjut Nurman.
Sementara itu, Priyanto, seorang pedagang beras di Pasar Panjang, mengungkapkan bahwa minat masyarakat terhadap beras SPHP cukup tinggi, terutama dari penjual makanan siap saji seperti nasi bungkus.
“Dalam sehari bisa terjual lebih dari 40 karung. Karena memang kualitasnya bagus dan harganya murah, tapi pembelian dibatasi dua karung per orang,” ucap Priyanto. Ia menambahkan bahwa beras SPHP sangat membantu masyarakat. Pasalnya, harga beras medium merek lain sudah menembus Rp68.000 per lima kilogram.
“Beras SPHP jauh lebih murah. Dalam seminggu kami mendapat jatah dua ton, dan meski tak wajib habis. Peminatnya selalu banyak,” tutupnya.