• LAMPOST.CO
  • METROTV LAMPUNG
  • DESAKU
  • SUMA.ID
Rabu, Oktober 15, 2025
Berlangganan
Konfirmasi
  • LAPORAN UTAMA
  • EKONOMI
  • KOTA
  • RUWA JURAI
  • PENDIDIKAN
  • LAMBAN PILKADA
  • RAGAM
  • DESA
  • OPINI
  • FOKUS
  • E-PAPER
  • INDEKS
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • LAPORAN UTAMA
  • EKONOMI
  • KOTA
  • RUWA JURAI
  • PENDIDIKAN
  • LAMBAN PILKADA
  • RAGAM
  • DESA
  • OPINI
  • FOKUS
  • E-PAPER
  • INDEKS
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Berlangganan
  • Konten Premium
  • E-Paper
  • Indeks
  • Log in
Beranda Kolom

Menjalani Hidup dengan Pelan

John de Santo, Pendidik dan Pengasuh Rumah Belajar Bhinneka 

wiji Editor wiji
13 Oktober 2024
di dalam Kolom, Opini
A A
Foto: 123RF

Foto: 123RF

Share on FacebookShare on Twitter

PRINSIP hidup orang Jawa “alon-alon waton kelakon” (pelan-pelan saja, yang penting bisa terlaksana) seolah ditegaskan oleh Carl Honore dalam bukunya In Praise the of Slow (2004). Dalam buku itu, Honore mendeskripsikan tekanan besar terhadap masyarakat modern untuk selalu bergegas dalam menjalani kehidupan. Ia kemudian mendokumentasikan gerakan global untuk merangkul laju kehidupan yang lebih pelan. 

Buku tersebut berfungsi sebagai manifesto Gerakan Lambat yang mengadvokasi pendekatan yang lebih sadar dan disengaja terhadap proses kehidupan. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 30 bahasa dan menjadi salah satu buku terlaris di berbagai negara. Dalam tulisan ini, penulis mengangkat relevansi gagasan Honore di tengah kehidupan modern yang semakin memuja kecepatan.      

 

BACA JUGA

Dari Jari-Jari Kecil ke Dunia Teknologi

Mengurai Benang Kusut Banjir di Bandar Lampung

Sepak Bola untuk Persatuan

Jitu Menekan Angka Kejahatan

Kecepatan yang Sesuai

Karya Honore itu menantang gagasan umum yang berlaku bahwa lebih cepat itu selalu lebih baik, dan sebaliknya ia menekankan pentingnya melakukan segala sesuatu dengan kecepatan yang sesuai– entah cepat atau lambat–untuk mencapai hasil optimal. 

Memperlambat bukan berarti mandeg, melainkan berarti hadir sepenuhnya di setiap momen dengan lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas dalam semua aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan hingga relasi. Gerakan lambat seperti yang dianjurkan Honore tidak menentang kecepatan. Honore mengakui bahwa kecepatan bisa menyenangkan hati orang, tetapi tidak berarti bahwa lebih cepat itu selalu lebih baik. 

Melambat berarti mengerjakan segala sesuatu pada kecepatan yang pas untuk hasil yang optimal. Hal ini membuat si individu untuk sepenuhnya terlibat dan menikmati setiap proses serta pengalaman kerjanya tanpa terburu-buru dalam mengambil keputusan dan bertindak. 

 

Obsesi terhadap Kecepatan 

Menurut Honore, obsesi masyarakat modern terhadap kecepatan telah melampaui tingkat akal sehat. Hal ini jelas tecermin, mulai dari kelas speed yoga hingga drive-thru funerals. Budaya tergesa-gesa sudah meresapi seluruh aspek kehidupan manusia modern. 

Obsesi terhadap kecepatan yang berlangsung tanpa henti ini menyebabkan apa yang disebut Honore sebagai speedaholism, ketika orang seperti kecanduan untuk terus-menerus merasa terburu-buru tanpa bisa benar-benar mengalami atau menghargai aktivitas mereka sendiri. 

Kesadaran pribadi Honore mengenai fenomena ini muncul ketika dia sendiri menyadari bahwa ia selalu tergesa-gesa dalam menjalani hidup. Pengalaman kebangkitan itu terjadi pada dirinya setelah ia membaca sebuah buku yang memadatkan cerita pengantar tidur menjadi bacaan satu menit. 

Sejak itu, ia terdorong untuk mengevaluasi pendekatan pribadinya terhadap kehidupan dan menuntunnya untuk mengadvokasi prinsip hidup pelan sebagai sarana untuk sepenuhnya mengalami dan menikmati hidup. Dia mengakui bahwa dengan merangkul perlambatan, pengalaman hidup hariannya berubah. Dia tidak lagi merasa terburu-buru, tetapi sebaliknya, ia menemukan kepuasan yang lebih besar dalam lebih sedikit kegiatan yang dilakukannya dengan baik. 

Menurut kesaksiannya, melambat justru menghemat energi, meningkatkan kesehatan, produktivitas, kreativitas, dan mendatangkan kenikmatan dan kesenangan hidup yang lebih dengan lebih sederhana tanpa tergesa-gesa. 

Dengan meluangkan waktu untuk terlibat sepenuhnya pada momen-momen seperti membaca untuk anak-anak, bersama menyaksikan matahari terbit dan terbenam, atau bercocok tanam, ia merasa lebih terhubung dengan kehidupannya itu sendiri.

 

Budaya Organisasi Modern 

Ketakutan justru menghalangi kita untuk menerima gerakan perlambatan gegara stigma negatif masyarakat terhadap perlambatan itu sendiri. Rasa takut ketinggalan mendorong orang untuk mempertahankan bahkan menambah kecepatan karena kecemasan atau rasa bersalah yang muncul akibat perlambatan.  

Kini di berbagai organisasi dengan manajemen berpikiran maju, unsur-unsur Gerakan Lambat mulai diterapkan ke dalam budaya organisasi. Dengan memberi peluang bagi karyawan untuk lebih mengontrol jadwal mereka, membatasi jam kerja, menyediakan ruang untuk kegiatan relaksasi, seperti yoga, istirahat siang, atau meditasi selama jam kerja. Organisasi modern semacam itu mengakui nilai keseimbangan antara produktivitas yang serbacepat dan keterlibatan yang penuh dari para pekerjanya.

 

Prinsip Hidup Melambat 

Gerakan Lambat merupakan pergeseran budaya menuju cara hidup lebih sadar dan disengaja. Hal ini dengan sendirinya mendorong orang untuk melawan tekanan kehidupan modern terhadap kecepatan dan mulai mengutamakan kualitas daripada kuantitas. 

Gerakan ini tidak terbatas pada kehidupan pedesaan, tetapi juga bisa diterapkan pada pengaturan kehidupan perkotaan. Hidup lebih pelan dapat sesuai dengan kehidupan kota karena justru dengan ini orang lebih menikmati kesibukannya sendiri. 

Terlepas dari kecanduan masyarakat terhadap kecepatan dan kemudahan yang disediakan teknologi, masih ada harapan untuk beralih kepada kehidupan yang lambat. Menurut Honore, ia telah menyaksikan pertumbuhan gerakan lambat secara langsung dan percaya bahwa gerakan itu dapat berkontribusi secara signifikan terhadap pemecahan berbagai krisis eksistensial dengan turbo-kapitalisme dan konsumerisme. 

Dengan mengadopsi prinsip hidup lambat, orang dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana tentang kebiasaan konsumsi mereka, yang mengarah pada pengurangan limbah dan dampak lingkungan. 

Selain itu, perusahaan yang menganut prinsip-prinsip lambat dapat memperoleh manfaat dari peningkatan produktivitas karena lebih sedikit kesalahan di tempat kerja, peningkatan kreativitas, peningkatan kemampuan pemecahan masalah, dan kesejahteraan karyawan yang lebih baik secara keseluruhan. *

Tags: Budayagerakan lambatkreativitasmasyarakat
berbagiTweetMengirim
Posting Sebelumnya

Koran Digital Lampung Post, Edisi Weekend, 13 Oktober 2024

Posting berikutnya

Museum: Rumah Peradaban Lampung

wiji

wiji

Posting berikutnya
Anak-anak berlibur di Museum Lampung

Museum: Rumah Peradaban Lampung

Koran Digital Lampung Post, Edisi Senin, 14 Oktober 2024

Dekranasda Lampung Selatan Tampil di ITTIE Batam

Dekranasda Lampung Selatan Tampil di ITTIE Batam

Kejari Tanggamus Terima Pelimpahan Kasus Narkoba Tahap II

Kejari Tanggamus Terima Pelimpahan Kasus Narkoba Tahap II

Ilustrasi daya beli masyarakat. Medcom

BI Lampung Nilai Daya Beli Masyarakat Lampung Terjaga

BERITA TERBARU

  • Indra Sjafri Akui Timnas U-23 Masih Jauh dari Target 15 Oktober 2025
  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Rabu, 15 Oktober 2025 15 Oktober 2025
  • Nasib Kluivert Ditentukan di Rapat Exco PSSI 14 Oktober 2025
  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Selasa, 14 Oktober 2025 14 Oktober 2025
  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Senin, 13 Oktober 2025 13 Oktober 2025

TOP NEWS

Benang Merah Konflik Manusia dengan Satwa

23 Ribu Peserta Gagal Masuk SMA/SMK Negeri

Tembus Rp12,42 Miliar Ekonomi Syariah kian Kokoh

Jalur SPMB SMP Prioritaskan Jarak

Perencanaan Keuangan Kunci Kemapanan Finansial

Perkuat Akses Keuangan Inklusif

Kebingungan Peserta Warnai Hari Pertama SPMB

Buka Ekspor Sawit di Pasar Eropa

Perketat Pengawasan Truk ODOL

Kreatif Hadapi Efisiensi Anggaran

POPULAR POST

  • kantor DPRD lampung Utara

    Pelantikan Pimpinan DPRD Lampura Berlangsung Sederhana

    0 shares
    berbagi 0 Tweet 0
  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Sabtu, 11 Oktober 2025

    0 shares
    berbagi 0 Tweet 0
  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Senin, 13 Oktober 2025

    0 shares
    berbagi 0 Tweet 0
  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Kamis, 09 Oktober 2025

    0 shares
    berbagi 0 Tweet 0
  • Koran Digital Lampung Post, Edisi Selasa, 14 Oktober 2025

    0 shares
    berbagi 0 Tweet 0
Facebook Twitter Youtube RSS Instagram

Tentang Kami

 

LampungpostID adalah laman berita resmi Harian Umum Lampung Post. Laman ini berada dalam naungan PT Masa Kini Mandiri, penerbit Koran Lampung Post yang menyajikan informasi berkualitas untuk melengkapi kehadiran koran edisi cetak di masyarakat.

Alamat Kami

PT Masa Kini Mandiri, Jl. Soekarno – Hatta No. 108, Hajimena, Lampung Selatan

Phone : (0721) 783-693
Fax : (0721) 783-578
Email : redaksi@lampungpost.co.id

Redaksi
Tentang Kami

Iklan & Sirkulasi

Sri Agustina : 0895-3463-91035
Ja’far Shodiq : 0812-1811-4344
Dat S Ginting 0822-6991-0113
Setiaji B. Pamungkas : 0813-6630-4630

LampungpostID © 2022

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • LAPORAN UTAMA
  • EKONOMI
  • KOTA
  • RUWA JURAI
  • PENDIDIKAN
  • LAMBAN PILKADA
  • RAGAM
  • DESA
  • OPINI
  • FOKUS
  • E-PAPER
  • INDEKS

LampungpostID © 2022

Open chat
1
Anda butuh bantuan ?
Admin Lampungpost.id
Halo, ada yang bisa kami bantu ?