MASA Balita, si kecil memang sedang lagi aktif-aktifnya. Apalagi saat ingin belajar berjalan. Namun, anak kerap mengalami kejedot atau jatuh saat sedang bermain. Apakah berbahaya bagi anak?
Benturan di kepala si kecil kadang terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja. Moms mungkin saja pernah membiarkan si kecil yang terbentur kepalanya atau tubuhnya terjatuh begitu saja saat belajar jalan.
Sebenarnya, hal ini adalah wajar. Namun, moms juga perlu mengetahui bahwa frekuensi kejedot dan jatuh yang dialami anak seberapa keras dan seberapa tinggi. Hal ini diungkapkan oleh Dr. dr. Setyo Widi Nugroho, Sp.BS(K), selaku Dokter Spesialis Bedah Saraf Eka Hospital BSD & Kepala Departemen Bedah Saraf RS Cipto Mangunkusumo.
“Ya kalau sering tapi ringan nggak papa, kalau seringnya jatuh dari tempat tidur 1 meter ya itu bahaya,” kata dr. Setyo saat ditemui di Kebon Sirih.
Meskipun wajar, dr. Setyo menyarankan agar para orang tua untuk memperhatikan kondisi pada anak. Jika mengalami kejedot pada kepala atau terjatuh, lalu disertai dengan pingsan dan muntah, bisa saja mengalami sesuatu pada sistem saraf di kepala.
“Belajar jalan, jatuh, ya wajar. Tapi kalau dia sampai jatuh, kan ada gejala-gejala. Ada yang namanya pingsan, ada yang sampai muntah, bisa jadi ada cedera pada otaknya meskipun tidak kelihatan, itu harus hati-hati,” lanjutnya.
Gangguan nyeri di kepala tentu tidak bisa dinormalisasikan. Anak-anak cenderung sulit berkomunikasi, terlebih balita, jika mengalami kepala yang sakit. Maka dari itu, para orang tua jika anak terbentur atau terjatuh saat berjalan, perlu memperhatikan anak setelah kejadian tersebut.
Dikhawatirkan akan terjadi gejala yang tidak diinginkan, maka para orang tua selalu senantiasa memperhatikan si kecil. Saran dr. Setyo, jika terjadi gejala yang aneh, sebaiknya diperiksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Namun, lebih baik jika langsung pergi ke rumah sakit yang memiliki ahli dokter saraf.
“Tidak boleh sering-sering (kejedot). Tapi, kalau belajar jalan, jatuh yah nggak papa. Cuma kalau mekanisme traumanya cukup keras, harus hat-hati. Periksa langsung (jika terjadi gejala berlebihan),” pungkas dr. Setyo.(MED)