SIAPA yang tidak kenal Presiden ke-3 Republik Indonesia (RI) Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie? Sosok cendekiawan muslim dengan otak yang brilian, sehingga dijuluki Bapak Teknologi Indonesia. Karena kiprahnya, lahirlah berbagai industri strategis di Tanah Air, d iantaranya PT Dirgantara Indonesia, PT PAL Indonesia, PT Inka, Otorita Batam hingga BPPT.
Ada kisah menarik di balik peran penting Habibie untuk perkembangan industri di Indonesia. Alkisah kala baru tuntas belajar di Jerman, ia yang berusia 28 tahun sudah berkeinginan kembali ke Tanah Air. Namun, Bung Karno, presiden kala itu justru melarangnya. Sang Proklamator meminta Habibie muda masuk ke industri Jerman.
Presiden pertama RI itu mempunyai visi dan mimpi Indonesia sebagai negara kepulauan membutuhkan alat pemersatu bangsa. Salah satunya melalui jalur udara. Soekarno meminta putra terbaik asal Sulawesi Selatan itu menimba lebih banyak pengalaman di Negeri Panser. Dan baru kembali kala Indonesia benar-benar membutuhkan.
Barulah pada era Presiden Soeharto, Habibie kembali ke Tanah Air. Pak Harto menugaskan bos Pertamina kala itu, Ibnu Sutowo merayu Habibie kembali ke Indonesia. Perintah itu tidak mudah karena orang yang diajak pulang saat itu memiliki karier moncer di industri penerbangan, Jerman.
Namun sejarah pun membuktikan, Habibie benar-benar kembali ke Tanah Air pada 1974. Dia mengemban tugas penting, membawa negeri ini harus melompat jauh lebih maju. Dari negeri berbasis pertanian menuju industri, terutama penerbangan. Jasanya demikian besar. Itu mengapa Habibie kini dikenal sebagai Bapak Teknologi Indonesia.
Itu pula mengapa ketika Presiden Joko Widodo meminta kiai Nahdlatul Ulama (NU) untuk memanggil Ainun Najib dari Singapura untuk kembali ke Indonesia. Kisah ini mirip Eyang Habibie. Meski tidak bisa dibandingkan apple to apple, kedua sosok ini memiliki kisah serupa walau tidak sama.
Ainun Najib adalah anak muda NU yang piawai mengelola data sains. Pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, publik mengenal sepak terjangnya sebagai inisiator Gerakan KawalPemilu. Gerakan berbasis sukarelawan itu memantau pemilu dengan mengumpulkan data berupa foto C1 atau salinannya ke situs KawalPemilu. Cara mudah, efektif dan efisien yang dikerjakannya.
Situs KawalPemilu menjadi referensi alternatif publik mengetahui hasil perhitungan suara realtime. Kesuksesan Ainun Najib di KawalPemilu lantas mendorongnya untuk membangun KawalCovid19 kala pandemi merebak. Kini pemuda kelahiran Gresik, Jawa Timur, 20 Oktober 1985 itu bekerja di salah satu perusahaan di Singapura.
Kemampuan Ainun Najib dalam pengelolaan dan analisis data tentu bukan kaleng-kaleng yang lahir tiba-tiba. Alumnus SMAN 5 Surabaya itu pernah menjadi anggota tim Indonesia dalam Olimpiade Informatika Asia Pasifik pada 2003. Kemudian dia melanjutkan pendidikan sarjana di Universitas Teknologi Nanyang (NTU) Singapura.
Di kampus almamaternya itu, Ainun mengambil jurusan Teknik Komputer. Usai menamatkan kuliah, ia bergabung di sebuah perusahaan di Negeri Kepala Singa sebagai software engineer. Saat ini, anak cerdas itu menjabat sebagai konsultan senior. Di era serbadigital saat ini, kemampuan dan pengalamannya sudah barang tentu sesuatu yang sangat mahal.
***
Itu mengapa dalam momen pelantikan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin, (31/1) lalu, Presiden Joko Widodo menyinggung namanya. Dia memiliki harapan kiai di organisasi masyarakat (ormas) keagamaan terbesar di Indonesia juga di dunia dapat membujuk Ainun Najib untuk “pulang kampung”.
Bahkan, orang nomor satu di Indonesia itu memiliki harapan dan mimpi jika Ainun Najib untuk pulang dan ingin membangun bangsa ini . “Saya membayangkan NU memiliki platform edutech yang juga mempunyai platform learning management system yang andal. Yang memfasilitasi jutaan santri untuk mengaji dari semua kiai besar, ilmuwan, teknolog, dan entrepreneur,” kata Presiden siang itu yang dirilis dalam channel YouTube.
Pada pembukaan muktamar ke-34 NU di Lampung akhir tahun lalu, mantan Wali Kota Solo itu pun telah mengemukakan harapannya kepada sosok-sosok muda NU. Menurut dia, NU saat ini memiliki sumber daya manusia luar biasa memadai di berbagai bidang. Terutama dari kalangan anak muda NU. Ainun Najib adalah contoh kecil dari potensi tersebut.
Penyebutan nama Ainun Najib yang terlontar dari mulut Presiden tidak perlu menjadi kontroversi apalagi dimaknai macam-macam. Pernyataan Jokowi itu justru terang benderang menyiratkan Sang Kepala Negara memiliki satu visi yang sama dengan Ketua Umum PB NU Yahya Cholil Staquf yang disapa akrab Gus Yahya.
Sudah jauh-jauh hari sebelum terpilihnya Gus Yahya sebagai ketum PBNU, putra sulung KH M Cholil Bisri itu menggaungkan pentingnya melibatkan anak-anak muda NU. Potensi besar kaum muda NU akan menjadi percuma manakala tidak diberdayakan. “Adalah tugas PBNU ke depan menentukan mereka ini, mau diapakan,” ujar mantan juru bicara Presiden Gus Dur itu.
Pernyataan Jokowi setidaknya memberikan jawaban awal ke mana arah anak-anak muda NU di era digital dan disrupsi teknologi. Terlebih NU kini telah memasuki abad kedua berkhidmat. Selain itu peran NU berkhidmat untuk dunia digaungkan pada muktamar ke-34 di Lampung yang lalu. Langkah menembus tataran global itu kian memungkinkan justru melalui platform teknologi digital.
Ruang dakwah saat ini tidak lagi hanya sebatas panggung pengajian, ruang kelas pesantren, di area masjid, pertemuan yasinan bapak-bapak atau pula pertemuan majelis taklim mingguan ibu-ibu. Saat ini umar Islam dapat belajar dengan tinggal mengeklik apilkasi TikTok, Instagram, YouTube dengan ustaz atau pun kiai. Ini tidak hanya dari Indonesia, tapi dari berbagai penjuru dunia.
Terlebih pandemi Covid-19 telah mengakselerasi kehidupan manusia dengan tata norma baru. Salah satunya memanfaatkan platform digital. Kesempatan belajar agama saat ini, ada di mana saja selama memiliki smartphone dan paket internet.
Penerawangan Jokowi untuk Gus Yahya bahwa kelak NU memiliki platform edutech mencerminkan pandangan jauh ke depan dari seorang pemimpin. Nahdliyin zaman now harus menguasai teknologi di seluruh sektor kehidupan. ***