KETUA Dewan Pers Mohammad Nuh, mengatakan pers memiliki kebebasan pers. Namun, harus mampu menciptakan atmosfer agar seluruh rakyak Indonesia bisa berada pada peradaban unggul. Caranya, dengan meletakkan nilai-nilai kemanusiaan sebagai tujuan utama. “Salah satu ciri dari keberadaban adalah meletakan nilai-nilai kemanusiaan dalam mencari solusi. Caranya dengan intellectual discourse bukan physical discourse,” kata Muhammad Nuh pada webinar bertajuk Pandemi Covid-19 dan Kebebasan Pers, Jumat 11 Desember 2020.
Hal ini berlaku juga pada pemberitaan untuk covid-19. Menurutnya, pers mesti mampu memilah sesuai domainnya untuk disajikan ke publik. Hal ini bertujuan agar publik mendapatkan informasi yang kredibel, tidak ada misinformasi, disinformasi, atau malainformasi dengan genuine insting, berpikir logis dan kritis dan ketajaman analisis pers. Ia pun tak memungkiri adanya perbedaan pemberitaan di publik sehingga membuat masyarakat kebingungan.
Baca juga : http://Pers Jadi Agen Perubahan Perilaku Masyarakat
Saat ini,lanjutnya terdapat ada tiga kelompok media dalam menyikapi terjadinya perbedaan pemberitaan di ranah publik yakni hands off atau tidak peduli, compilator atau hanya menampng pendata beberapa pihak tanpa penentuan arah dan juga sebagai pencerah yakni melalui analisis data dan fakta.
“Media itu menjadi pencerah dengan analisis data dan faktanya. Jangan beri sajian kepada publik yang gaduh,” katanya.
Muhammad Nuh menyatakan Dewan Pers terus memperjuangkan Kebebasan Pers serta upaya peningkatan kompetensi. Misal, perilaku, kemampuan dan ilmu pengetahuan, mendorong juga perlindungan dan kesejahteraan para wartawan. Selain itu, membangun ekosistem industri bisnis pers yang mampu bertahan dan tumbuh secara berkelanjutan. Ia mengatakan kebebasan pers bukan suatu pemberian. Ada perjuangan dan kualitas yang terus meningkat serta bertanggungjawab agar memiliki makna bagi tujuan berbangsa bernegara. (MI)