FERDI IRWANDA
ferdi@lampungpost.co.id
PULUHAN hektare tanaman padi usia dua pekan di Kampung Way Dente, Kecamatan Denteteladas, Kabupaten Tulangbawang, terendam banjir. Petani hanya pasrah jika dalam waktu dekat air tidak segera surut, bibit padi yang baru saja ditanam itu akan mati.
Sekretaris Gapoktan Kampung Way Dente, Suren, mengatakan terdapat sekitar 50 hektare lahan sawah milik warga terendam banjir. Usia padi bervariasi sekitar 14 hari hingga 20 hari.
“Luas lahan satu hamparan sekitar 61 hektare yang terendam banjir 50 hektare di wilayah Kelompok Tani Harapan Makmur di Dusun Kampung Tua 1, Kampung Way Dente,” kata Suren, Sabtu (11/3).
Nurohim, salah satu petani kampung setempat, mengaku pasrah dengan musibah banjir yang telah empat hari merendam tanaman padinya.
“Banjirnya sudah dari Rabu (8/3) kemarin. Airnya tinggi, tanaman padi sampai hilang. Kalau petani seperti kami ini ya hanya mampu menerima keadaan seperti apa adanya sambil menunggu air kering,” kata Nurohim.
Dia khawatir jika dalam waktu dekat air tidak segera surut, tanaman padi akan rusak. Faktor banjir selain karena curah hujan tinggi yang melanda wilayah setempat, turut dipengaruhi juga aliran air yang tidak begitu lancar.
“Kalau satu mingguan ini air enggak kering, otomatis mati padinya. Masalahnya pembuangan airnya enggak sesuai dengan debit air yang datang dari atas, jadi buat keringnya lama,” katanya.
Dia mengatakan untuk menggarap satu hektare lahan dibutuhkan modal sekitar Rp5 juta. Dana itu digelontorkan untuk menyiapkan lahan mulai dari membajak, membeli obat pestisida, membeli bibit, dan upah menanam.
Tetap Waspada
Sementara itu, BPBD Lampung Barat mengimbau masyarakat di wilayah setempat selalu waspada bencana terkait curah hujan yang saat ini masih tinggi.
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Lampung Barat, Hidayatulloh, mendampingi Kepala BPBD, Padang Prio Utomo, Minggu (12/3), menyampaikan agar masyarakat tetap waspada terhadap bencana, baik bencana longsor maupun banjir yang disebabkan curah hujan tinggi. Imbauan itu disampaikan terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah yang rawan bencana.
Ia mengatakan adapun daerah yang rawan banjir, yaitu daerah Suoh dan Bandarnegeri Suoh. Kemudian untuk daerah yang rawan longsor dan banjir, yaitu di Pagardewa dan beberapa daerah lain yang rawan longsor dan pohon tumbang.
“Mengingat wilayah Lambar ini merupakan daerah rawan bencana banjir, longsor, dan pohon tumbang, diimbau masyarakat tetap waspada bencana,” kata dia.
Ia menyampaikan untuk masyarakat yang tinggal di daerah yang bertebing atau tinggal di daerah dekat dengan bantaran sungai atau daerah rawan bencana, akan lebih baik mengungsi sementara. Apalagi jika wilayahnya itu telah memiliki tanda-tanda akan adanya bahaya, seperti hujan dalam intensitas tinggi yang terus-menerus turun.
Sementara itu, ujar dia, untuk bencana di Pekon Sidomulyo, pihak BPBD telah membuka dapur umum di lokasi pengungsian. Kemudian bersama lintas sektor terkait, yaitu Polres dan lainnya terus mengupayakan tanggap kemanusiaan.
Selain menyalurkan berbagai bantuan kepada korban dan pengungsi, juga membantu masyarakat dalam membuka akses jalan akibat tertutup material longsor. Kemudian beberapa jembatan yang terputus akibat diterjang banjir, pihaknya juga membantu membuatkan jembatan darurat agar masyarakat bisa melewatinya. (ELI/D1)