GELOMBANG kasus Covid-19 di Indonesia terjadi lagi pada Juli dengan peningkatan kasus tertinggi sejak virus corona asal Kota Wuhan, Tiongkok, ini masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, setiap individu diminta taat mematuhi protokol kesehatan.
Jika dulu memakai satu masker saja cukup, kini merekomendasikan untuk memakai dua masker atau dobel. Yakni dengan memakai masker medis sekali pakai kemudian dirangkap dengan masker kain di bagian luar. Cara ini dianggap cukup efektif untuk mengurangi penyebaran virus yang makin masif. Namun, sayangnya banyak orang mengeluh sulit bernapas saat memakai dua masker sekaligus.
Meskipun menggunakan masker dobel terlihat memberikan perlindungan yang lebih optimal terhadap Covid-19, cobalah mempraktikkannya di rumah lebih dahulu. Pastikan praktik masker dobel tidak hanya aman, tapi juga tetap membuat kita merasa nyaman. Masker dobel bikin sulit bernapas memang dapat dipahami. Terutama jika masker tersebut memiliki ukuran yang pas dan memiliki kemampuan menyaring udara yang baik.
Pastikan masker pas dengan ukuran wajah dan filtrasinya tepat untuk memastikan kita bisa bernapas dengan nyaman dan pandangan tidak terganggu.
Selain itu, saat ini mulailah mencoba beraktivitas di rumah menggunakan masker dobel, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) merekomendasikan mencoba mempraktikkannya untuk berjalan-jalan dan beraktivitas di area rumah.
Spesialis dispnea dan pengobatan paru, dr Richard Hasidungan menjelaskan ketika memakai masker, kita berusaha menarik udara dari baliknya. Padahal, masker memiliki ketahanan terhadap aliran udara. Itulah mengapa kita perlu berupaya lebih keras untuk menarik napas ketika mengenakan masker.
Ia menyarankan strategi terbaik untuk bernapas lebih nyaman ketika memakai masker adalah menurunkan kecepatan bernapas. Hal itu dilakukan untuk mengurangi resistensi terhadap masker. Kemudian, cobalah menarik napas dengan mengerucutkan bibir.
Ingatlah bahwa kombinasi jenis masker juga penting untuk diperhatikan. CDC merekomendasikan untuk melapisi masker medis sekali pakai dengan masker kain pada bagian luar.
Pastikan masker pas dengan ukuran wajah dan filtrasinya tepat untuk memastikan kita bisa bernapas dengan nyaman dan pandangan tidak terganggu
Tidak dianjurkan menggunakan dua masker medis (sekali pakai) sekaligus. Jenis masker ini tidak dirancang untuk digunakan dua lapis secara bersamaan karena tidak meningkatkan filtrasi atau kesesuaian masker.
Kita juga sebaiknya tidak menggunakan jenis masker apa pun untuk melapisi bagian luar masker KN95 ketika dipakai, karena masker ini sudah cukup tebal.
Obat Covid-19
Obat Covid-19 pun laris manis diburu saat ini. Salah satunya Ivermectin jadi perbincangan seusai Menteri BUMN Erick Thohir menilai obat cacing tersebut dapat menjadi obat terapi bagi pasien Covid-19. Bahkan, Erick menyebutkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan izin edar dan akan diproduksi PT Indofarma Tbk.
Padahal penelitian belum menyebutkan secara pasti khasiat Ivermectin untuk menyembuhkan Covid-19. Hingga saat ini keabsahan dari Ivermectin masih menjadi obat cacing. Sehingga Indonesia tidak bisa gegabah mengklaim obat Ivermectin berkhasiat memulihkan kondisi pasien Covid-19. “Status perizinan Ivermectin di BPOM adalah obat cacing. Dan belum ada uji klinis yang membuktikan obat dari bahan kimia tersebut menyembuhkan pasien Covid-19,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, dr Reihana.
Saat ini, Ivermectin sedang dalam tahap penelitian di Balitbangkes dan bekerja sama dengan beberapa rumah sakit di bawah Kementerian Pertahanan. Penelitian dilakukan guna membuktikan Ivermcetin dapat digunakan baik sebagai pencegahan maupun pengobatan Covid-19.
“Tapi diingatkan ini hanya terapi, bukan obat Covid-19. Ini bagian salah satu terapi, seperti juga Pavirafir atau Oseltamivir, itu untuk antiviral tapi dalam kondisi yang memang sudah menuju berat,” ujar Reihana.
Ia juga menyebut obat itu harus dengan resep dokter karena penggunaan dalam jangka waktu panjang bisa mengakibatkan efek samping, seperti nyeri otot/sendi, ruam kulit, demam, pusing, sembelit, diare, mengantuk, dan sindrom Stevens-Johnson. (CK4/R5)
apriesti@lampungpost.co.id