UMAR ROBBANI
IKATAN Dokter Indonesia (IDI) Cabang Bandar Lampung meminta rumah isolasi di setiap kelurahan difungsikan. Hal itu untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 hingga level terbawah, utamanya pasien Covid-19 yang tidak memiliki kediaman layak untuk isolasi mandiri.
Ketua IDI Bandar Lampung dr Aditya mengatakan harus ada pembenahan program tersebut. Menurutnya, pelayanan isolasi juga membutuhkan supporting sistem seperti kebutuhan makanan, obat-obatan, serta pemantauan. Dengan begitu masyarakat juga merasa percaya untuk menjalani isolasi.
“Seperti saya liat beberapa puskesmas berinovasi untuk melakukan pemantauan langsung ke rumah pasien dan memberikan obat-obatan,” ujarnya, Kamis (22/7).
Selain itu, ia mengatakan pemerintah juga mesti melakukan pemetaan wilayah. Rumah isolasi dibutuhkan di pemukiman padat penduduk dan kumuh.
Menurutnya, tidak masalah jika masyarakat ingin isoman di rumah jika tempat tinggalnya memadai. Satgas setempat tinggal melakukan pemantauan secara rutin.
“Tergantung daerah, ada warga yang rumahnya tidak memungkinkan untuk isolasi mandiri seperti di pemukiman kumuh, mungkin perlu ada pemetaan,” ujarnya.
Warga Enggan
Secara terpisah, Lurah Jagabaya II Bahril mengatakan, pihaknya telah menyediakan rumah isolasi bagi pasien sejak maret. Sayangnya, sejak diresmikan bersamaan dengan penetapan posko tangguh, tidak ada masyarakat yang memanfaatkan fasilitas tersebut.
“Rumah isolasinya siap, ada fasilitas tempat tidur dan bekerjasama dengan Puskesmas untuk pemantauan jika ada pasien, tapi warga banyak yang tidak mau,” kata dia.
Ia mengaku saat ini ada 11 keluarga sedang menjalani isolasi mandiri di wilayahnya yang rumahnya saling berdekatan. Selama ini pihaknya hanya melakukan pemantauan dan dibantu petugas puskesmas membagikan obat dan multivitamin.
Hal serupa juga terjadi di Kelurahan Sawah Lama, Tanjung Karang Timur. Lurah setempat Ridwansyah menyampaikan rumah isolasi di wilayah sudah tidak lagi difungsikan.
Menurutnya, sebagian warga sempat ada yang menolak adanya rumah isolasi. Selain itu, warga yang terpapar juga tidak ada yang mau menjalani isolasi di lokasi tersebut.
“Sekarang ini ada 5 yang isolasi mandiri, sebelumnya juga kami sudah ajak, tapi mereka lebih memilih isolasi di rumah,” ungkapnya.
Kondisi yang sama juga diakui oleh Lurah Gunung Sari, Akbar. Ia menjelaskan bangunan yang sempat dijadikan rumah isolasi mandiri sudah digunakan lagi oleh pemiliknya karena tidak digunakan masyarakat.
“Sempat ada, rumah salah satu warga secara sukarela dijadikan rumah isolasi, tapi karena tidak terpakai sekarang kembali dipakai oleh pemiliknya,” kata dia.
Padahal, Presiden Jokowi secara virtual melalui channel YouTube Sekretariat Presiden pada Senin (19/7) lalu menginstruksikan daerah untuk menyiapkan tempat isolasi terpusat hingga tingkat desa dan kelurahan. Hal itu untuk mengantisipasi peningkatan keterisian tempat isolasi di rumah sakit akibat banyak temuan kasus.
Berdasarkan informasi yang di-upload dalam Sistem Informasi Rawat Inap Kemenkes, keterisian tempat tidur isolasi di Bandar Lampung mencapai 79,57%. Dari 759 tempat tidur isolasi yang dimiliki, sebanyak 604 diantaranya telah terpakai dan tersisa 155 unit. (S1)
umar@lampungpost.co.id