NAMA Ryacudu tampaknya sudah tidak asing lagi bagi warga Lampung. Di Bandar Lampung, terdapat beberapa jalan menggunakan nama Ryacudu. Seperti yang dilansir oleh Biro Administrasi Pimpinan Pemprov Lampung pada tanggal 5 Januari 2023, telah diresmikan pembangunan jalan raya dan pedestrian di Jalan Mayjend Ryacudu yang merupakan jalan masuk ke Gerbang Tol Trans Sumatera (JTTS).
Nama Ryacudu juga disematkan untuk nama sebuah rumah sakit milik pemerintah di Kotabumi, Lampung Utara. Penamaan-penamaan tersebut merujuk pada sosok pahlawan Lampung, yaitu Musannif Ryacudu, yang merupakan prajurit tempur dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Musannif Ryacudu dilahirkan di Kampung Mesirilir, Kecamatan Buay Bahuga, Way Kanan, pada tanggal 28 Februari 1924, yang merupakan putra dari Iljas Pangeran Katja Marga yang berasal dari Kebuwayan Bahuga.
Musannif Ryacudu atau Kapten Ryacudu pernah mengatakan bahwa ia tidak pernah berpolitik. Seandainya ia berpolitik, maka ia akan bisa seperti rekan-rekannya yang mampu mendapatkan pangkat lebih tinggi. Dalam lingkungan keluarganya, ia adalah sosok yang mampu mendidik putra dan putrinya dengan baik, berpendidikan tinggi dan menjadi seseorang yang terhormat (DHD ’45; 288)
Musannif Ryacudu adalah salah satu tentara Giyugun. Namun, pasca Jepang menyerah, para tentara Giyugun pulang ke kampung halamannya masing-masing, termasuk Musannif yang kembali ke Lampung. Ketika terjadi kerusuhan di Lampung, tepatnya di Kotabumi yang dipimpin oleh Rasudin, mantan reserse polisi. Kerusuhan tersebut berasal dari oknum yang menamakan dirinya sebagai polisi rakyat hingga mengakibatkan beberapa orang terluka dan dua orang meninggal.
Sejak saat itu, Musannif meninggalkan Kotabumi dan menuju Palembang. Tahun 1945 hingga 1949 perjuangannya lebih banyak dilakukan di Palembang, hal ini juga dilakukan oleh tokoh-tokoh Lampung lainnya, salah satunya adalah Alamsyah.
Perannya dalam mempertahankan NKRI ialah dengan mengemban tugas membantu Operasi Teritorial Ekonomi-Pemerintahan dalam rangka pembebasan Irian Barat. Selain itu, Musannif Ryacudu di Sumatera Selatan juga berjuang mempertahankan kemerdekaan RI di sekitar wilayah Martapura, Muara Dua, dan Ogan Komering Ulu (Sudarmono, Rini, dan Bustami, 2015).
Musannif Ryacudu ikut serta terjun melawan Belanda pada pertempuran 5 hari 5 malam, sedangkan Alamsyah berperan mengatur jalannya pertempuran, pasukan Ryacudu saat itu mundur ke Ogan Ilir. Pada 10 Januari 1947 dilakukan reorganisasi di kalangan TRI di Sumatera Selatan dan melahirkan Divisi VIII Garuda Lahat, di bawah Komandan Divisi Kol. M. Nuh. Kemudian Musannif Ryacudu menjabat sebagai Danyon 32 Tanjung Sejaro yang ketiga.
Pada 21 Juli 1947 pecah Agresi Militer Belanda I sehingga TNI mengalami reorganisasi kembali guna menghambat serangan-serangan Belanda. Divisi VIII Garuda yang telah terbentuk dipecah menjadi lima brigade, yaitu Garuda Mas di Bengkulu, Garuda Hitam di Tanjungkarang, Garuda Putih di Jambi, dan Brigade Merah di Prabumulih. Dan saat itu Musannif Ryacudu sebagai Komandan Ogan Area.
Pada Agresi Militer I ini, Kapten Ryacudu pernah memimpin pertempuran di daerah Martapura dengan pasukannya yaitu gabungan tentara dari Menggala dan pasukan Endro Suratmin. Setelah Indralaya dapat ditembus oleh Belanda dari dua arah, yakni Gelumbang dan Indralaya, pasukan Kapten Ryacudu berhasil meloloskan diri yang mengakibatkan dua pasukan Belanda saling tempur karena salah duga dan berhenti ketika ada informasi dari pesawat terbang Belanda.
Berdasarkan cerita, Kapten Ryacudu adalah orang yang kebal dan tidak mempan terhadap senjata, baik peluru ataupun senjata tajam. Namun, setelah pensiun kekebalan tersebut hilang (DHD ’45:287).
Kapten Ryacudu juga menjabat sebagai Komandan Batalyon 206 yang berlokasi di Tanjungkarang. Lalu di tahun 1963, ia diangkat sebagai Pangdam XII Tanjungpura di Pontianak. Di sana, ia juga terlibat dalam pemberantasan pemberontakan PKI. Dan tahun 1967, ia diangkat sebagai Pangkowihan Sulawesi di Ujungpadang dan pangkatnya naik menjadi brigjen. Kemudian dengan pangkat mayor jenderal, ia selanjutnya bertugas di Mabes ABRI.
Ketika pensiun, ia kembali ke tanah kelahirannya dan pada tahun 1987, tepatnya di bulan April, Musannif Ryacudu wafat dan dimakamkan di Makam Pahlawan Kalibata.
Sebagai bentuk penghormatan atas jasa Musannif Ryacudu yang telah membanggakan daerah kelahirannya, maka Pemerintah Kabupaten Way Kanan membangun monumen patung Musannif Ryacudu di tengah-tengah simpang lima, sekitaran komplek perkantoran Pemerintah Kabupaten Way Kanan.
Selain di Lampung, jejak perjuangan Musannif Ryacudu hingga kini tetap dikenang dan diabadikan di Monumen Ampera yang terletak di Jalan Merdeka, Kota Palembang. Monumen ini menjadi salah satu simbol penting yang merefleksikan dedikasi para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah kota maupun pemerintah kabupaten untuk menjaga warisan sejarah ini sehingga generasi sekarang dan yang akan datang dapat terus mengenang serta meneladani semangat juang para pahlawan. Melalui langkah-langkah pelestarian tersebut, diharapkan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan yang telah ditempuh demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia dapat terus hidup dan menjadi inspirasi bagi masyarakat. *