BAJU adat yang dipakai Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga para petinggi di negeri, dalam setiap upacara kenegaraan menjadi kesan mendalam bagi rakyat Indonesia. Tradisi tahunan seperti sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) serta peringatan HUT RI sebagai ajang promosi pakaian adat daerah seantero Nusantara ini.
Tahun ini, pada pidato kenegaraan di depan wakil rakyat, 16 Agustus 2021, Jokowi berpakaian adat Badui, sedangkan Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mengenakan busana khas Bugis. Sedangkan pada puncak peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Merdeka, Jokowi pun berpakaian adat bernuansa Pepadun, Lampung. Ini luar biasa, hebatnya!
Masyarakat Lampung merasa bangga. Di media sosial–publik memberikan apresiasi kepada mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Tidak disangka. Decak kagum bahwa peringatan lahirnya bangsa ini, 17 Agustus 2021, Lampung menjadi trending sejagat negeri, hari itu. Tapi ada yang nyinyir. Mengapa Kepala Negara berpakaian adat Pepadun, kenapa tidak adat Saibatin.
Di tengah keberagaman bangsa, sikap kenyinyiran itu diduga karena masih membekasnya sifat penjajah. Mungkin nyinyir tadi itu, masih mau-maunya masih adu domba dan memecah belah yang dipelihara di era globalisasi. Kenegarawanan anak bangsa dibutuhkan dalam memperjelas kebinekaan. Harusnya berhati ikhlas menerima perbedaan.
Pada upacara Detik-Detik Proklamasi tahun sebelumnya, Jokowi kerap mengenakan busana adat berbagai daerah. Pada HUT ke-74 Kemerdekaan RI 2019 misalnya, Presiden mengenakan pakaian adat khas Klungkung asal Bali. HUT RI tahun 2020, mengenakan busana adat dari Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kata Jokowi, Indonesia memiliki kekayaan adat budaya yang sangat tinggi, termasuk pakaian adat. “Dulu pernah Aceh, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sunda, Jawa, Betawi, kemudian Bali, Sasak, Bugis, pernah semua. Ini kekayaan budaya pakaian adat yang jumlahnya ribuan. Nanti sampai ke Maluku, Papua. Semuanya akan kita angkat,” ucap Presiden.
Pakaian adat Pepadun yang dipakai Presiden pada peringatan HUT RI tahun 2021, terdiri baju lengan panjang berwarna putih yang dipadukan dengan celana panjang berwarna putih. Di luarnya, dibalut sarung tumpal khas Lampung dipakai untuk menutup celana dari pinggang hingga lutut.
Pakaian Presiden itu dilengkapi kain selendang, ikat pinggang, serta tutup kepala–tukus—berkhas nuansa ke-Lampung-an. Sedangkan Ibu Negara Iriana Joko Widodo mengenakan busana nasional–kebaya berwarna gading yang dibalut kain songket. Penampilan sederhana, membuat Iriana menjadi anggun juga karena dilengkapi jilbab berwarna kuning gading.
Sementara Wapres Ma’ruf Amin dan Ibu Wury Ma’ruf tampak serasi karena mengenakan pakaian adat Sunda dari Sukabumi, Jawa Barat. Ma’ruf terlihat elegan dengan setelan jas tertutup—beskap, celana panjang warna biru. Busana Wapres dipadukan kain samping batik yang diikatkan di pinggang.
Selaras dengan Wapres, Ibu Wury tidak kalah anggun karena mengenakan kebaya bersulam warna biru polos. Bawahannya kain jarik putih bermotif batik khas Sunda yang biasa disebut sarung kebat atau sinjang bundel.
Tak ketinggalan, Ketua MPR Bambang Soesatyo dengan bangga berpakaian adat Saibatin, juga dari Lampung. Saking senangnya Bamsoet–panggilan akrab Bambang-mengajak Jokowi ber-selfie–foto bareng usai upacara pagi itu. Lengkaplah sudah, petinggi negara menghadirkan pakaian warisan adat Sang Bumi Lampung pada HUT RI di Istana Merdeka, Jakarta.
***
Sehari sebelumnya, saat menghadiri sidang tahunan MPR, Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat suku Badui. Suku yang bermukim di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, juga menarik perhatian. Mantan Wali Kota Solo ini memilih baju Badui, lantaran sederhana, simpel, serta nyaman dipakai.
Jokowi melihat pakaian adat tersebut ada makna kesederhanaan, ramah alam, kemandirian, ada pesan kearifan lokal. Mungkin harganya murah dibandingkan dengan setelan jas lengkap yang biasa dipakai kebanyakan kepala negara di dunia. Badui sungguh menginspirasi. Hari itu, suku di Banten naik daun. Yang tadinya belum terkenal, kini jadi mendunia.
Aslinya, presiden sebelumnya–para pejabat tinggi pada acara kenegaraan diwajibkan memakai setelan jas lengkap. Sejak Jokowi memegang tampuk kepemimpinan negara, tradisi itu diubah. Tradisi mengenakan baju daerah dimulai 2017. Sejak saat itu, Jokowi membuat rutinitas baru yang tentu menginspirasi rakyatnya.
Para tamu yang hadir dalam peringatan HUT RI harus mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia. Sebagai bentuk apresiasi, Presiden membuat kontestasi bagi undangan yang mengenakan baju adat terbaik dan diberi hadiah. Sepeda bisa dibawa pulang bagi para pemenang.
Pada HUT ke-74 RI, tiga orang tamu dipilih yang berhak mendapat hadiah karena memakai baju daerah terbaik. Wakil Presiden Jusuf Kalla–saat itu mengumumkan juara pertama diraih Khalidah karena memakai baju adat Nusa Tenggara Timur (NTT). Juara kedua dimenangi Sultan Gunung Tabur Adji Raden M. Bachrul mengenakan baju Kalimantan Timur. Sedangkan di posisi ketiga diraih Nora Tristyana, istri Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Nora mengenakan pakaian adat Lampung.
Presiden dan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka dan sang cucu Jan Ethes Srinarendra sangat kompak mengenakan baju adat Bali. Sedangkan Ibu Negara, Iriana mengenakan baju adat Karo dari daerah Sumatera Utara. Sangat membanggakan rakyat. Dan ini patut dicatat! Tradisi tahunan itu terus berulang selagi Jokowi menjabat presiden.
Pada HUT ke-76, Menteri BUMN Erick Thohir–putra daerah Gunungsugih, Lampung Tengah, mengenakan pakaian Pepadun. Lalu apa kata dia? Tahun ini, pakaian adat Lampung jadi pilihan Presiden. Hal itu sangat jelas karena membanggakan masyarakat Lampung. Sebagai putra daerah, saya langsung mengenalkan kekayaan budaya Lampung ini,” ungkap Erick.
Kata Menteri BUMN ini, mengenakan baju adat Tulangbawang, Lampung, selalu mengingatkan dia kembali kepada almarhum sang ayah kelahiran Lampung, di mana akar rumput ia berasal. Ini juga menjadi momen bagi anak bangsa–rasa-rasanya tidak perlu malu menyuarakan adat budaya.
Beragamnya pakaian adat dan budaya daerah yang dikenakan oleh pejabat bukan menonjolkan perbedaan. Di balik itu, sebuah kekayaan bangsa yang perlu dirawat. Ini menjadi modal besar negara untuk bergerak bersama meraih kesejahteraan rakyat. Jangan sampai, negara tetangga mengklaim bahwa baju batik dan wayang berasal dari negeri jiran!
Tokoh Lampung seperti Sultan Sekala Bkhak Kepaksian Pernong Saibatin Puniakan Dalom Beliau (SPDB) Pangeran Edward Syah bangga karena Lampung dikenalkan Jokowi kepada dunia. “Lampung adalah kita. Jangan persoalkan pakaian adat Pepadun atau Saibatin, sebab keduanya kekayaan budaya yang mengisi Sang Bumi Lampung atau Bumi Lampung yang satu,” kata Edward beradok Sultan Sekala Bkhak Yang Dipertuan ke-23.
Termasuk budayawan Lampung, Ansori Djausal berharap tidak perlu lagi menggali perbedaan. Pakaian yang dikenakan Jokowi menunjukkan bahwa Lampung daerah yang kaya adat budaya. Baju adat yang dikenakan Jokowi adalah pakaian ketua adat ketika acara penting, upacara adat, dan prosesi adat. Terima kasih Presiden yang sudah memakai baju orang Lampung. Kami bangga karena sudah merajut keberagaman dalam bingkai NKRI. ***