Jakarta (lampost.co)–Langkah Polri menggandeng Federal Bureau of Investigation (FBI) menyelidiki ancaman bom terhadap pesawat Saudia Airlines tepat dan strategis. Pengamat militer Khairul Fahmi, Co-founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), menilai hal itu langkah yang terpat, Minggu, 22 Juni 2025.
Menurut Khairul, keterlibatan FBI beralasan kuat, mengingat dugaan bahwa pesan ancaman melalui platform digital yang berbasis luar negeri, seperti email anonim, media sosial, atau aplikasi pesan yang menggunakan server di Amerika Serikat.
“FBI punya kapasitas dan pengalaman panjang dalam forensik digital serta penanganan kejahatan lintas negara, termasuk kasus terorisme dan ancaman terhadap penerbangan sipil,” jelas Khairul.
Meski mendukung kerja sama tersebut, Khairul menekankan pentingnya menjaga posisi Polri sebagai pemimpin proses penegakan hukum. Ia berharap keterlibatan FBI sebatas pada asistensi teknis dan kerja sama yurisdiksi internasional, bukan mengambil alih proses hukum.
“Kepemimpinan dalam penanganan kasus tetap harus berada di tangan Polri. Ini penting untuk menjaga kedaulatan hukum nasional sekaligus menunjukkan bahwa Indonesia terbuka terhadap kerja sama global. Utamanya dalam menangani kejahatan transnasional,” ujarnya.
Kejahatan Serius
Ancaman bom terhadap penerbangan sipil merupakan kejahatan serius lintas negara yang memerlukan kerja sama internasional. Dalam konteks ini, kerja sama antara lembaga penegak hukum Indonesia dan Amerika Serikat menjadi langkah strategis.
Akibat ancaman tersebut, pesawat harus mendarat darurat di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatra Utara.
“Kami sedang berkoordinasi dengan FBI. Untuk meneliti email yang ada,” kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo Listyo di Jaksel, Sabtu, 21 Juni 2025.