Jakarta (Lampost.co) – Gelombang boikot terhadap Spotify semakin meluas di kalangan musisi Indonesia dan internasional. Band Majelis Lidah Berduri dari Yogyakarta ikut menarik katalog musik mereka. Langkah ini menegaskan sikap musisi terhadap masalah etika, finansial, dan sistem kapitalisme.
Poin Penting
- Majelis Lidah Berduri cabut dari Spotify dukung gerakan #FreePalestine.
- CEO Spotify investasi pada perusahaan pertahanan berbasis AI.
- Masalah royalti dan transparansi finansial Spotify merugikan musisi.
- Gerakan moral musisi tolak sistem kapitalisme yang eksploitatif.
Majelis Lidah Berduri sebelumnya dikenal sebagai Melancholic Bitch. Melalui akun Instagram, mereka menyatakan dukungan pada gerakan #FreePalestine. Mereka menolak ekonomi ekstraktif dan sistem yang dinilai tidak adil bagi pendengar.
1. CEO Spotify Terlibat Industri Pertahanan Militer
Para musisi memprotes investasi CEO Spotify, Daniel Ek, pada perusahaan pertahanan berbasis AI Helsing. Perusahaan itu mendapat lebih dari Rp1,6 triliun dari modal ventura Prima Materia milik Ek.
Helsing memakai kecerdasan buatan untuk analisis medan perang, pengembangan drone, pesawat, dan kapal selam.
Band Deerhoof menolak keras keterlibatan ini. Mereka menegaskan tidak ingin musiknya terikat teknologi militer yang membunuh manusia. Massive Attack juga bergabung dalam inisiatif “No Music for Genocide” sebagai bentuk protes.
Majelis Lidah Berduri menyebut Spotify “pro genosida Palestina.” Mereka menilai investasi Spotify pada teknologi perang sebagai pelanggaran serius etika kemanusiaan. La Ngetnik mengecam tindakan ini karena di nilai tidak pantas secara moral dan kemanusiaan.
2. Masalah Royalti dan Transparansi Finansial
Selain isu etika, para musisi kecewa dengan sistem royalti Spotify yang dianggap rendah.
Banyak musisi menyebut transparansi Spotify masih bermasalah dan merugikan seniman.
Jamie Stewart dari Xiu Xiu menyebut kualitas suara Spotify sebagai “lelucon.”
Rifan Khoridi dari La Ngetnik mengungkapkan data streaming yang tidak transparan.
Ia menilai perbedaan data pendengar membuat musisi sulit memperoleh laporan jujur.
Masalah ini mendorong musisi mempertimbangkan platform alternatif yang lebih adil.
3. Gerakan Moral dan Sikap Anti-Kapitalisme
Gerakan boikot ini juga mencerminkan sikap anti-kapitalisme yang semakin kuat. Banyak musisi independen menolak sistem ekonomi eksploitatif yang menguntungkan perusahaan besar. Deerhoof menegaskan mereka bisnis kecil yang menolak pendanaan persenjataan terkomputerisasi.
Para musisi mulai beralih ke model distribusi lebih adil seperti Bandcamp. Platform ini memberi pendengar kesempatan mendukung seniman secara langsung. Langkah ini memperlihatkan kebangkitan gerakan musik independen yang lebih transparan.