Jakarta (Lampost.co) – Ferry Irwandi kembali menjadi sorotan setelah melontarkan tantangan yang kontroversial. Ia menawarkan hadiah mobil Alphard bagi siapa saja yang mampu menyantet dirinya. Tantangan ini disampaikan melalui kanal YouTube-nya, @ferryirwandi, yang kemudian viral.
Namun, tantangan ini memicu respons keras dari mantan dukun Ria Puspita. Dalam sebuah podcast di kanal YouTube @MalamMencekam, Ria melontarkan ancaman pembunuhan kepada Ferry. Ia bahkan menyatakan akan melakukannya tanpa menggunakan santet, tetapi dengan tangan sendiri. Ancaman ini memicu diskusi luas di media sosial.
“Tapi dengan statemennya Ferry Irwandi saya ditag, terus orang itu ngomong coba dong tunjukin, coba dong tunjukin. Di sini luka saya yang lama tuh, koreng saya timbul lagi. Kalo seandainya Tuhan mengizinkan boleh, halal, halal saya bu*uh si Ferry. Saya ga mau pake santet, biar pakai tangan saya saja. Halal dan saya dilindungi sama hukum,” ungkap Ria dalam podcast @MalamMencekam.
baca juga : Perjalanan Karier dan Kisah Asmara Nathan Tjoe-A-On, Pemain Timnas Indonesia Berdarah Belanda
Ferry menanggapi ancaman tersebut dengan mengunggah video berjudul “Ultimatum 1×24 Jam untuk Ria Puspita” di kanalnya. Dalam video berdurasi tiga menit, Ferry menegaskan bahwa ancaman Ria sudah masuk dalam ranah hukum. Ia memberikan dua pilihan kepada Ria dan kanal @MalamMencekam: membuktikan santet dalam waktu 24 jam atau meminta maaf secara publik.
Keputusan akhirnya datang dari pihak @MalamMencekam. Mereka memilih untuk meminta maaf melalui video klarifikasi. Video tersebut menampilkan perwakilan humas yang meminta maaf kepada Ferry dan masyarakat. Mereka juga menghapus konten podcast kontroversial tersebut.
Tindakan Ferry dalam membuktikan bahwa santet tidak nyata mendapat banyak dukungan warganet. Beberapa bahkan memuji upayanya untuk memberantas kepercayaan terhadap hal-hal mistis yang tidak rasional.
baca juga : Film Bila Esok Ibu Tiada, 5 Hari Raih 1,4 Juta Penonton
Langkah Ferry Irwandi ini tidak hanya memancing perhatian publik, tetapi juga mengedukasi masyarakat. Ia mengingatkan pentingnya mempercayai pengobatan medis dan menjauhi praktik mistis yang tidak logis. Kontroversi ini menunjukkan bagaimana pendekatan edukasi dapat menjadi alat untuk melawan kepercayaan yang tidak berdasar.